Keputusan berbasis "penyelamatan" dilakukan oleh federasi sepak bola Kamboja di ajang SEA Games 2025 ini. Hanya berselang beberapa hari saja sebelum pertandingan pertama cabang sepak bola, Kamboja memutuskan untuk undur diri dari gelaran.
Pada informasi resmi yang disampaikan, ketegangan di area perbatasan dengan Thailand yang terus meningkat belakangan ini menjadi penyebab utama penguduran diri dari Kamboja.
Imbas dari pengunduran diri Kamboja dari cabang sepak bola SEA Games, konstelasi penghuni grup di ajang ini pun menjadi semakin tak seimbang. Bagaimana tidak, akibat kehilangan kamboja, Grup A cabang sepak bola pria di SEA Games hanya menyisakan dua kontestan saja, yakni Thailand dan Timor Leste.
Adapun grup C, berisikan hingga empat negara, yakni Indonesia, Myanmar, Filipina dan Singapura. Tentunya jika dilihat dari aspek keadilan yang merata, pembagian peserta di masing-masing grup ini sangatlah tak seimbang. Pasalnya di grup A pesertanya hanya dua negara, sementara di grup C kontestannya mencapai empat negara.
Sejatinya, ada dua opsi yang dilakukan oleh panitia penyelenggara untuk mereaksi apa yang dilakukan oleh Kamboja ini.
Pertama, tentu saja tetap membiarkan pembagian grup seperti saat ini. Untuk grup B dan C yang memiliki tiga serta empat peserta, setiap kontestan tetap melakukan pertandingan seperti biasa, yakni saling bertemu dalam format setengah kompetisi.
Sementara grup A, karena hanya berisikan dua negara saja, yakni Thailand dan Timor Lesta, maka keduanya akan bertemu sebanyak dua kali untuk menemukan tim terbaik di grup. Format ini sendiri pernah juga terjadi pada Indonesia ketika mereka turun di babak kualifikasi Piala Asia U-23 edisi 2022 lalu.
Kala itu, Indonesia yang berada di grup G, harus bertarung sebanyak dua kali melawan Australia karena China dan Brunei Darussalam yang berada satu grup dengan mereka memilih untuk mengundurkan diri.
Selain opsi pertama di atas, opsi kedua yang bisa dilakukan oleh panitia penyelenggara tentu saja kembali melakukan undian pembagian grup ulang.
Selain bakal memberlakukan asas keadilan kepada para kontestan, melakukan drawing pembagian grup ulang juga akan memudahkan tuan rumah untuk menentukan empat tim terbaik yang berhak untuk melaju ke fase semifinal.
Karena jika melihat konstelasi para penghuni grup saat ini, di mana satu grup berisikan dua tim dan grup lainnya berisikan empat tim, maka potensi untuk mendapatkan kerugian bagi tim yang berada di grup dengan jumlah kontestan lebih banyak terbuka sangat lebar karena akan ada hasil pertandingan yang tak diakui dalam penentuan tim terbaik.
Jadi, apakah perlu diadakan pengundian ulang untuk pembagian grup? Jika menilik dari sisi kebermanfaatan dan kemudahan yang didapatkan, tentunya hal ini diperlukan.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS