Bicara soal wilayah konservasi yang belakangan ini menarik perhatian publik, khususnya dalam konteks pariwisata, tentu hal ini membuat kita mengingat berbagai macam persoalan lingkungan yang tengah marak di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, bahwa ketergantungan manusia terhadap alam sudah menjadi bagian dari kehidupan yang tidak bisa dilepaskan. Artinya, self healing terbaik manusia adalah kembali kepada alam.
Area konservasi yang memiliki entitas unik dalam habitatnya, menjadikannya sebagai fokus wisata bernuansa alam yang kini dianggap menarik. Selain dapat memberikan pengalaman edukasi, ragam pengalaman seru tentu akan dapat ditemukan ketika para wisatawan berkunjung ke lokasi wisata bernuansa alami. Walau semua tentu ada konsekuensinya bagi kehidupan flora dan fauna di sana.
Flora dan fauna beserta lingkungan alam yang asri kini tengah menjadi ruang ekonomi bagi para pegiat wisata alam. Khususnya bagi para pelaku perjalanan wisata, yang seringkali menempatkan area-area konservasi sebagai destinasi utamanya. Dalam hal ini, peluang ketertarikan publik menjadi lebih terbuka dan mampu menarik para pelaku wisata.
Konteksnya adalah para penghuni di area konservasi, yang tentu saja dilindungi oleh berbagai undang-undang perlindungan flora ataupun fauna yang ada. Apalagi satwa dan tumbuhan langka. Tentunya, kita tidak ingin kehidupan di area konservasi terganggu oleh hadirnya para wisatawan.
Hal ini sangat jarang menjadi perhatian para investor di bidang pariwisata. Nyaris tidak ada kontribusi yang dapat mendukung keberlangsungan kehidupan bagi para penghuni area konservasi. Hanya keuntungan bagi pihak-pihak pengelola, yang realitanya sering menimbulkan efek negatif berupa kerusakan alam.
Investasi pariwisata yang kini mulai menyentuh area khusus tentang wilayah konservasi tidak dapat dipungkiri hadir sebagai akibat dari kepentingan pemodal. Tentu akan lebih baik, jika para pelaku pariwisata beserta wisatawan dapat turut serta mengambil bagian dari upaya perlindungan terhadap alam. Akan selalu ada harapan, demi menjaga keberlangsungan kehidupan, walau semua ada biayanya.
Akan lebih menarik tentunya, apabila konsep wisata yang berorientasi alam dapat dipadukan dengan dukungan terhadap perlindungan alam. Misalnya, melibatkan para wisatawan dengan kegiatan penyelamatan hutan, dengan jalan reboisasi, tentu dapat menarik energi positif yang besar. Walau beberapa pihak sudah mulai memperkenalkan metode ini.
Sedianya, akan menjadi lebih baik apabila kebijakan yang berkaitan dengan keberpihakan kepada alam menjadi agenda utama para pemimpin negeri. Dalam wacana ini adalah bagi para pelaku wisata berorientasi alam. Semua sudah sepatutnya saling dukung demi keberlangsungan kekayaan alam negeri ini. Agar kelak dapat dinikmati oleh generasi penerus negeri.