Dalam perubahan digitalisasi di era modern. Semua aspek kehidupan berupaya melakukan penyesuaian dengan melakukan transformasi digital. Tidak terkecuali aspek pendidikan yang mulai memaksimalkan peran digitalisasi.
Contohnya, ketika Pandemi di 2 tahun terakhir. Dengan adanya kebijakan belajar di rumah semua harus mulai menyesuaikan. Dari belajar, proses belajar mengajar hingga asesmen pembelajaran dilakukan secara daring.
Ketika kita flashback ke masa itu, semua kaget, tidak hanya orang tua siswa, tetapi guru juga demikian. Kesulitan melakukan perubahan secara dadakan membuat proses pendidikan kala itu sedikit terhambat.
Misalnya, ketika kegiatan belajar mengajar menggunakan Zoom meeting. Awalnya semua bingung dengan fitur-fitur yang ada. Lalu kaget dengan pengeluaran kuota internet yang cukup banyak, belum lagi sinyal yang terputus-putus sehingga pesan tidak tersampaikan.
Baca juga: Link Live Streaming Inggris vs Amerika Piala Dunia 2022, The Three Lions Bakal Menang Lagi?
Kesulitan di Zoom meeting, akhirnya ada alternatif menggunakan Google Classroom namun lagi-lagi tidak semua siap terhadap perubahan secara dadakan. Tidak sedikit yang kesulitan menggunakan platform belajar yang ditawarkan Google.
Pada akhirnya, semua kembali kepada aplikasi pesan singkat. Ya apalagi kalau bukan Whatsapp Grup. Semua terasa mudah di sana, tinggal klik, kirim. Laporan kegiatan menggunakan foto dan juga link Google form.
Namun kelemahannya adalah sistem pembelajaran menjadi satu arah. Banyak siswa yang kebingungan ketika mengalami kendala. Belum lagi proses pembelajaran yang terhambat karena terkadang banyak siswa yang tidak terkontrol kehadirannya.
2022 Awal Transformasi Digital Pendidikan
Dua tahun berlalu, proses belajar mengajar menggunakan aplikasi digital. Hampir semua guru sudah melakukan adaptasi dengan proses belajar mengajar di luar kelas. Bahkan tidak sedikit yang proses belajar mengajarnya semua dilakukan secara digital.
Tidak hanya itu, hal ini juga didukung kebijakan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim yang meluncurkan kebijakan merdeka belajar. Dan salah satunya adalah aplikasi merdeka mengajar. Aplikasi tersebut merupakan bagian dari transformasi pendidikan.
Dikutip dari guru.kemdikbud.go.id Aplikasi Merdeka Mengajar dapat meningkatkan efisiensi proses pembelajaran serta meningkatkan kualitas guru. Karena aplikasi ini di desain untuk digunakan oleh seluruh elemen guru.
Dalam aplikasi tersebut, memiliki fitur Asesmen Murid. Fitur ini untuk memudahkan guru untuk mengetahui pencapaian belajar siswa melalui beragam soal yang bisa dibagikan secara daring maupun luring.
Berikutnya adalah fitur perangkat ajar yang memudahkan guru dalam menjelaskan pelajaran ke murid. Modul ajar ini bukan hanya bahan bacaan tetapi konten pembelajaran bisa berupa video, foto yang bisa mempermudah penjelasan karena melalui visual.
Lalu pelatihan mandiri, fungsi fitur ini agar guru dapat meningkatkan kualitas dirinya sebagai seorang guru. Tak hanya itu, guru dapat kembali belajar agar capaian kurikulum merdeka bisa diraih secara maksimal.
Selanjutnya, ada fitur komunitas, di mana guru dapat berbagi praktik dan sarana edukasi dalam menerapkan kurikulum merdeka. Di sana tenaga pendidik dapat saling berbagi dan saling belajar sehingga munculnya kolaborasi antar guru untuk mewujudkan kurikulum merdeka.
Dampak Merdeka Mengajar, Guru Siap Bertransformasi
Dampak aplikasi merdeka mengajar sesungguhnya sudah menjawab keresahan guru yang sulit untuk mengubah kebiasaan belajar mengajar melalui digitalisasi. Ini ditandai dengan adanya beberapa perubahan dengan adanya aplikasi ini.
Dalam laporannya Mas Menteri Nadiem Makarim menyampaikan bahwa Kemendikbudristek telah melakukan transformasi digital di bidang pendidikan dengan adanya platform merdeka belajar yang diciptakan beberapa waktu lalu.
Saat ini sudah ada 1,6 juta guru yang sudah membuka akses untuk menggunakan aplikasi merdeka mengajar. Salah satunya untuk pengembangan diri sesuai kondisi masing-masing guru. Sehingga pengembangan dapat tepat dilakukan.
Tidak hanya itu, sudah terbentuk lebih 3500 komunitas belajar guru untuk saling berbagi pengalaman. Belum lagi sekitar 92 ribu konten pembelajaran yang dapat menginspirasi rekan sesama guru.
Lalu ada 141 Ribu sekolah yang telah terbantu dalam mengetahui kondisi literasi, numerasi, karakter siswa, serta kualitas pembelajaran melalui rapor pendidikan. Dan ini sepenuhnya melalui alat-alat digital.
Baca juga: Piala Dunia Grup B: Kebangkitan Iran, dan Sebuah Mimpi Buruk bagi Wales
Sebetulnya sudah banyak guru yang siap dengan adanya transformasi digital dunia pendidikan. Namun harus ada beberapa hal seperti melakukan pelatihan bagi guru-guru yang memang belum paham dalam transformasi digital.
Lalu, penyesuaian aplikasi agar bisa ramah terhadap pengguna yang senior, sehingga dapat mudah memahami dan menggunakan aplikasi merdeka mengajar. Dengan aplikasi yang mudah maka akan semakin banyak pengguna .
Terakhir, dengan adanya transformasi ini, guru ditantang untuk lebih kreatif sesuai dengan kurikulum merdeka. Karena semakin banyak guru yang kreatif maka akan semakin banyak konten yang bermanfaat bagi sesama guru.
Harapannya dengan adanya transformasi digital dapat memudahkan proses belajar mengajar di sekolah-sekolah. Salam Damai.
Video yang mungkin kamu lewatkan.