Naskah Akademik Pembelajaran Koding Telah Diterbitkan, Gimana Penerapannya?

Hayuning Ratri Hapsari | Christina Natalia Setyawati
Naskah Akademik Pembelajaran Koding Telah Diterbitkan, Gimana Penerapannya?
Tampilan Naskah Akademik Mapel Koding (Sistem Informasi Kurikulum Nasional/Naskah Akademik Koding)

Di era digital yang semakin maju, keterampilan dalam memahami dan memanfaatkan teknologi bukan lagi sekadar keahlian tambahan, tetapi sebuah kebutuhan dasar.

Naskah Akademik Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial pada Pendidikan Dasar dan Menengah yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah beberapa waktu yang lalu menjadi tonggak penting dalam transformasi pendidikan di Indonesia.

Buku ini tidak hanya menyoroti pentingnya literasi digital, tetapi juga mengajukan gagasan besar: menjadikan koding dan kecerdasan artifisial (KA) sebagai bagian integral dalam kurikulum pendidikan nasional.  

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) merancang pembelajaran koding sebagai bagian dari transformasi pendidikan di Indonesia agar peserta didik siap menghadapi era digital. Pembelajaran ini akan diintegrasikan dalam kurikulum dengan pendekatan bertahap di setiap jenjang pendidikan.

Untuk tingkat SD, koding akan menjadi mata pelajaran pilihan bagi kelas 5 dan 6 dengan alokasi 2 jam pelajaran per minggu. Sementara di tingkat SMP, pembelajaran koding akan diberikan di kelas 7, 8, dan 9 dengan alokasi waktu yang sama.

Pada jenjang SMA dan SMK, pembelajaran koding semakin diperdalam, kelas 10 mendapat 2 jam pelajaran per minggu, sedangkan kelas 11 dan 12 di SMA dapat memiliki hingga 5 jam pelajaran per minggu, dan kelas 11 serta 12 di SMK hingga 4 jam per minggu.

Fleksibilitas tetap diberikan kepada sekolah untuk mengembangkan koding dan kecerdasan artifisial dalam bentuk ekstrakurikuler atau mengintegrasikannya dengan mata pelajaran lain.  

Selain itu, kebijakan ini juga mencakup penguatan regulasi dan standar pembelajaran untuk memastikan bahwa koding dan kecerdasan artifisial diajarkan dengan pendekatan yang sesuai.

Pemerintah berencana merevisi regulasi kurikulum agar koding dan KA menjadi bagian dari mata pelajaran pilihan secara resmi.

Capaian pembelajaran dalam mata pelajaran ini akan disesuaikan dengan standar internasional, seperti CSTA K-12 Computer Science Standards (2017) dan UNESCO AI Competency Framework for Students (2024).

Dengan standar ini, peserta didik diharapkan tidak hanya memiliki keterampilan dasar pemrograman, tetapi juga memahami konsep berpikir komputasional, algoritma, analisis data, dan etika dalam penggunaan kecerdasan artifisial.  

Mengapa Koding dan KA Diperlukan di Sekolah?

Di banyak negara maju seperti Singapura, Korea Selatan, dan Finlandia, koding sudah menjadi bagian dari kurikulum sejak pendidikan dasar. Hal ini bukan tanpa alasan.

Koding tidak hanya mengajarkan peserta didik cara membuat program komputer, tetapi juga melatih mereka untuk berpikir komputasional, yakni cara berpikir sistematis, logis, dan analitis dalam memecahkan masalah.  

Selain itu, integrasi kecerdasan artifisial dalam pendidikan juga memberikan wawasan tentang bagaimana teknologi dapat digunakan secara bertanggung jawab.

Dalam dunia yang semakin terdigitalisasi, pemahaman tentang etika KA menjadi krusial agar peserta didik tidak hanya menjadi pengguna pasif, tetapi juga inovator yang memahami dampak sosial dari teknologi yang mereka gunakan dan kembangkan.  

Apa Tantangan Implementasi di Indonesia?

Meski urgensi pembelajaran koding dan KA tidak diragukan lagi, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam implementasinya.  

1. Kesiapan Guru dan Kurikulum

Tidak semua sekolah memiliki tenaga pengajar yang siap mengajarkan koding dan KA. Pelatihan intensif bagi guru menjadi hal yang mutlak, tetapi ini memerlukan waktu dan anggaran yang besar. Selain itu, kurikulum yang diterapkan harus fleksibel agar tidak membebani peserta didik dengan materi yang terlalu kompleks.  

2. Infrastruktur yang Belum Merata  

Tidak semua sekolah di Indonesia memiliki akses ke perangkat teknologi yang memadai. Banyak sekolah di daerah terpencil bahkan masih kesulitan menyediakan komputer dan koneksi internet yang stabil. Tanpa infrastruktur yang baik, pembelajaran koding dan KA hanya akan menjadi wacana tanpa realisasi yang efektif.  

3. Penerimaan oleh Masyarakat 

Tidak semua orang tua dan pendidik memahami pentingnya koding dan KA. Masih ada anggapan bahwa koding hanya relevan bagi mereka yang ingin menjadi programmer atau bekerja di bidang IT. Padahal, keterampilan ini memiliki manfaat luas dalam berbagai bidang pekerjaan, mulai dari analisis data hingga otomasi industri.  

Lantas Bagaimana Indonesia Bisa Sukses?

Meskipun tantangannya besar, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk memastikan pembelajaran koding dan KA dapat berjalan dengan efektif:  

1. Pelatihan Guru Secara Bertahap  

Pemerintah perlu bekerja sama dengan institusi pendidikan dan industri teknologi untuk memberikan pelatihan intensif bagi guru. Selain itu, sertifikasi bagi pengajar koding dan KA bisa menjadi langkah penting untuk memastikan standar kompetensi.  

2. Penyediaan Sumber Belajar Alternatif 

Tidak semua sekolah memiliki laboratorium komputer yang canggih, tetapi pendekatan unplugged coding (tanpa perangkat digital) bisa menjadi solusi. Dengan metode ini, peserta didik bisa belajar dasar-dasar berpikir komputasional melalui permainan, kartu, atau alat sederhana lainnya sebelum menggunakan perangkat digital.  

3. Kolaborasi dengan Industri dan Komunitas Teknologi

Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Dunia industri dan komunitas teknologi harus turut serta dalam penyediaan sumber daya dan pendampingan bagi sekolah-sekolah yang ingin menerapkan pembelajaran koding dan KA. Program beasiswa atau hibah perangkat teknologi juga bisa membantu sekolah-sekolah yang membutuhkan.  

4. Kampanye Kesadaran Publik

Perlu ada upaya sosialisasi yang lebih luas agar masyarakat memahami pentingnya koding dan KA. Seminar, lokakarya, serta keterlibatan media dalam mengedukasi orang tua dan pendidik akan membantu mengubah persepsi bahwa teknologi bukan sekadar hiburan, tetapi alat pembelajaran yang sangat penting.  

Integrasi mata pelajaran koding dan kecerdasan artifisial dalam sistem pendidikan Indonesia adalah langkah maju yang patut diapresiasi. Namun, tanpa perencanaan yang matang dan solusi atas tantangan yang ada, kebijakan ini bisa menjadi beban alih-alih menjadi peluang.  

Pendidikan yang berkualitas adalah kunci utama dalam membangun generasi yang siap menghadapi tantangan zaman. Jika Indonesia ingin menjadi pemain utama dalam ekonomi digital global, maka tidak ada pilihan lain selain memastikan bahwa setiap anak memiliki akses untuk belajar koding dan KA.

Dengan komitmen yang kuat dari semua pihak, seperti pemerintah, pendidik, industri, dan masyarakat, kita dapat mewujudkan sistem pendidikan yang lebih inklusif, adaptif, dan relevan dengan masa depan.

Koding dan kecerdasan artifisial bukan hanya soal teknologi. Ini adalah tentang bagaimana kita menyiapkan generasi penerus untuk menghadapi dunia yang terus berubah.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak