Hari raya Idul Fitri 1446 H tahun ini menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu seluruh umat Islam di dunia. Perayaan ini bukan hanya penanda berakhirnya bulan suci Ramadan, tetapi menjadi waktu yang penuh makna untuk mempererat tali silaturahmi, memperbaiki hubungan, dan menyebarkan semangat kebersamaan.
Dalam dinamika perjalanan waktu, secara spiritual puasa merupakan segala upaya untuk mengendalikan diri dari berbagai keinginan atau hawa nafsu hingga berpuncak di hari lebaran. Secara faktual, lebaran dalam implementasinya tidak hanya sekedar dinikmati umat muslim saja, tetapi dengan lebaran menghadirkan ruang harmonisasi dan toleransi seluruh umat manusia meskipun berbeda agama.
Terlebih di Indonesia yang beragam suku dan agama, momentum lebaran menjadi ajang mempererat tali silaturahmi nasional. Melalui lebaran juga dapat merajut silaturahmi yang menyatukan perbedaan dalam harmoni kehidupan yang penuh cinta.
Kiat untuk mendekatkan yang jauh, yang putus atau yang mengalami kerenggangan disambung, yang berbeda diselaraskan, yang terpisah ditemukan kembali, dan yang rusak dibenahi.
Melalui momentum lebaran tahun ini, hendaknya menjadi ajang untuk memperkokoh rasa toleransi bagi seluruh umat manusia, agar tercipta kehidupan yang damai dan bahagia.
Lebaran, perayaan kebahagiaan dan kebersamaan
Lebaran identik dengan tradisi saling memaafkan, berkumpul bersama keluarga, serta berbagi kebahagiaan melalui berbagai kegiatan seperti mudik, open house, dan berbagai makanan khas lebaran. Dalam situasi seperti inilah kebersamaan makin kuat.
Masyarakat dari berbagai latar belakang, baik agama, suku, maupun budaya, turut serta dalam perayaan lebaran, yang menunjukkan bahwa lebaran tidak hanya dirasakan oleh umat muslim, tetapi seluruh elemen masyarakat.
Dalam momentum silaturahmi, ini menjadi mekanisme rekonsiliasi yang sangat efektif dalam upaya penyelesaian berbagai kekhilafan, perselisihan, ketegangan, dan konflik antar keluarga atau masyarakat yang terjadi di masa silam.
Di samping itu, silaturahmi dapat menjadi sarana atau medium relasi sosial untuk mencari jalan keluar dari berbagai kerumitan dari permasalahan yang terjadi di lingkup keluarga atau komunitas.
Tradisi silaturahmi ini terasa sangat indah, saat melihat anak-anak yang baru selesai melaksanakan shalat Idul Fitri mengunjungi rumah tetangga dengan pakaian yang berbeda dari biasanya. Adapun tetangga yang dikunjungi bukan hanya tetangga dekat, bahkan tetangga yang jauh dari daerah asalnya.
Merajut kebersamaan dalam keberagaman
Keberagaman adalah anugerah yang harus dijaga dengan sikap saling menghormati dan memahami. Momen lebaran memberikan pelajaran yang sangat berharga tentang pentingnya persatuan dalam perbedaan. Dengan saling berbagi kebahagiaan dan menjunjung tinggi nilai toleransi, masyarakat dapat menciptakan harmoni yang lebih kuat.
Dalam kehidupan sehari-hari, sikap toleransi dapat diwujudkan dengan sikap saling mengharga perbedaan keyakinan, tidak menyinggung perasaan orang lain, dan saling mendukung satu sama lain dalam kehidupan masyarakat sosial. Sikap ini akan menciptakan lingkungan yang damai dan harmonis, di mana setiap individu dapat dihargai dan diterima.
Momentum lebaran juga sudah dilakukan para pemuka agama pendahulu kita dalam merawat keberagaman. Tanpa memandang agama yang dianut mereka saling memberikan ucapan tali silaturahmi.
Suatu fakta yang tak terbantahkan bahwa agama Islam merupakan agama moderat yang sangat menjunjung tinggi keberagaman. Siapa pun yang mengucapkan atau berkunjung silaturahmi pasti diterima dengan tangan terbuka.
Kesimpulan
Lebaran bukan hanya sekedar perayaan keagamaan, tetapi juga menjadi refleksi bagi seluruh masyarakat tentang pentingnya menjalin kebersamaan dalam keberagaman.
Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, kita dapat mempererat persaudaraan dan menciptakan lingkungan yang penuh kedamaian. Sebagaimana lebaran identik dengan kemenangan, maka marilah kita jaga kemenangan ini dengan menjaga persatuan dan keharmonisan di tengah perbedaan.