Mengenal Fangirling Sebagai Coping Mechanism untuk Bertahan Hidup

Hikmawan Firdaus | Ellyca S.
Mengenal Fangirling Sebagai Coping Mechanism untuk Bertahan Hidup
Ilustrasi Konser (Instagram/shinee)

Menurut Siloam Hospital, coping mechanism adalah strategi yang dilakukan seseorang ketika sedang menghadapi perasaan yang membuatnya tidak nyaman, seperti stres dan cemas. Salah satu strategi yang banyak dilakukan orang saat ini adalah dengan melakukan hobi, seperti misalnya fangirling.

Dimana masih menurut rujukan yang sama, melakukan hobi termasuk salah satu coping mechanism yang sehat. Dalam banyak kasus, melakukan fangirling yang dinilai 'gila' bagi sebagian orang nyatanya memang bisa membuat seseorang lebih lama 'bertahan hidup'.

Saat melalukan fangirling, seseorang cenderung akan merasakan perubahan mood menjadi lebih positif. Sehingga ia bisa mendapatkan semangat dan motivasinya yang mulai mengendur.

Selain itu, kata-kata dan perilaku sang idola juga biasanya akan berpengaruh besar bagi orang tersebut. Seperti misalnya saat melihat kerja keras sang idola dalam melalukan sesuatu, ia yang sudah kehilangan motivasi juga bisa ikut bekerja keras juga. Saat ia melihat idolanya menjaga diri, kata, dan penampilan, ia juga akan memiliki niatan yang serupa di saat sudah tidak ingin lagi peduli pada diri sendiri. Dan lain sebagainya.

Coping mechanism ini juga membuatnya perlahan sadar bahwa yang punya banyak tekanan, masalah, dan kesulitan bukan hanya dirinya sendiri, tapi juga idol yang ia kagumi. Sehingga mereka seolah berjalan beriringan untuk terus melewati berbagai fase dalam kehidupan bersama-sama.

Terlebih setelah ia melihat banyaknya tantangan yang dihadapi orang-orang di Korea, Jepang, atau China yang mungkin tidak seberapa bila dibanding tantangan di Indonesia. Sehingga ia mencoba kembali bangkit untuk menata hidup. 

Tak hanya itu, meski awalnya berawal dari coping mechanism, tapi fangirling juga bisa menelurkan banyak hobi lainnya. Seperti misalnya melukis atau menggambar, menjahit, merajut, membuat kue, olahraga, dan lain sebagainya.

Semua ini tentu karena ia melihat bakat-bakat lain yang dimiliki idolanya selain skill di atas panggung. Sehingga lagi-lagi ia mengeksplor diri dan menemukan hal menarik lainnya selain fangirling sebagai hobi. 

Tentunya semua hal ini sehat dan positif. Karena membawa pengaruh baik bagi seseorang. Namun tak jarang, fangirling juga berujung pada hal yang negatif bagi sebagaian orang. Sehingga merusak citra positif dari banyaknya fangirl yang melakukan hal-hal baik. 

Seperti misalnya saat ia berlebihan dalam mencintai idolanya sehingga menjurus pada obsesi atau hal negatif baik di dunia nyata maupun maya. 

Strategi untuk lepas dari stres justru menjadi bumerang baginya untuk mendapat stres baru karena ia tidak membuat batasan. Namun hal ini tidak hanya terjadi saat melakukan hobi berupa fangirling.

Coping mechanism lain seperti mendaki, perawatan, hingga berkebun juga bisa menjadi negatif bila dilakukan berlebihan. Seperti memfokuskan hidup hanya untuk melalukan hobi hingga melupakan tugas dan kewajiban, atau membelanjakan uang berlebihan untuk menyokong hobi. Padahal sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. 

Sehingga kita harus pandai-pandai mengevaluasi diri. Apakah kita masih melakukan hobi yang sehat dan membuat hidup menjadi lebih positif, atau justru sebaliknya?

Jangan sampai strategi untuk lepas dari stres justru membuatmu semakin kehilangan diri sendiri. Sehingga bukannya mengurangi stres tapi membuat tekanan menjadi semakin bertambah. 

Oleh karenanya, teman dan lingkungan yang positif tentu sangat diperlukan dalam hal ini. Sehingga ada 'alarm' di saat kita mulai keluar dari batasan dan berlebihan. Jadi kita bisa kembali ingat kalau hobi bukanlah segalanya dalam hidup, melainkan sebagai pelengkap agar hidup seimbang. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak