Tekanan ekonomi yang tidak menentu membuat Gen Z mulai meragukan kemampuan mereka membangun kehidupan yang lebih stabil. Rumah, mobil, bahkan tabungan terasa makin jauh dari genggaman.
Banyak anak muda menilai standar hidup yang dulu dianggap wajar kini berubah jadi beban berat. Mereka harus berhadapan dengan kenaikan harga kebutuhan pokok yang terus terjadi.
Tak hanya soal harga yang melonjak, pasar kerja pun makin kompetitif. Kesempatan mendapatkan pekerjaan layaknya terasa semakin terbatas bagi sebagian besar Gen Z.
Fenomena ini ikut memicu kecemasan terhadap fase dewasa yang menuntut financial freedom. Gen Z merasa tuntutan itu datang lebih cepat dibanding peluang yang tersedia.
Di tengah kondisi tersebut, perbandingan antara pendapatan dan harga aset menjadi sorotan. Harga rumah, kendaraan, hingga sewa tempat tinggal melonjak lebih cepat daripada kenaikan gaji rata-rata.
Banyak di antara mereka akhirnya menunda rencana jangka panjang seperti membeli rumah atau membangun keluarga. Pilihan itu muncul karena biaya hidup saat ini sulit mereka imbangi.
Dengan situasi yang terus bergerak, Gen Z mencoba menyesuaikan diri dengan mencari peluang baru di industri digital dan kreatif. Namun proses adaptasi ini tetap membutuhkan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit.
Fenomena ini menggambarkan perubahan besar dalam cara generasi muda memandang masa depan. Mereka menghadapi kenyataan bahwa dewasa kini identik dengan beban ekonomi yang jauh lebih kompleks dibanding generasi sebelumnya.
Beban itu juga diperkuat oleh perubahan pola kerja yang semakin fleksibel namun kurang menjamin stabilitas finansial. Banyak pekerjaan baru muncul, tetapi tidak semuanya menawarkan kepastian jangka panjang.
Transisi menuju ekonomi digital memang membuka peluang, tetapi juga menuntut keterampilan yang terus berkembang. Gen Z harus berinvestasi pada pendidikan tambahan agar tetap relevan di pasar kerja.
Di sisi lain, kondisi makroekonomi global yang fluktuatif membuat harga barang dan jasa sulit ditebak. Situasi ini membuat perencanaan finansial jangka panjang terasa tidak stabil.
Sementara itu, urbanisasi yang semakin tinggi turut mendorong naiknya biaya hidup di kota-kota besar. Akses terhadap hunian layak menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi generasi muda.
Di tengah tekanan tersebut, sebagian Gen Z memilih fokus pada pencapaian jangka pendek yang lebih realistis. Mereka mengutamakan kestabilan harian dibanding mengejar target besar yang terasa jauh.
Fenomena ini menandai perubahan cara pandang terhadap masa dewasa yang kini lebih kompleks. Generasi muda memaknai masa depan sebagai proses bertahan, bukan sekadar mencapai standar hidup ideal seperti generasi sebelumnya.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS