Ibadah puasa merupakan salah satu ibadah yang wajib dilakukan oleh umat Islam sebagai bentuk ketaatan kepada Allah swt. Dalam pengertian secara bahasa, puasa berarti menahan.
Pengertian menahan di sini tidak serta merta dimaknai sekedar menahan rasa lapar dan haus dahaga. Namun ada pengertian yang lebih luas dan lebih dalam yang harus diketahui dan dipratikkan langsung oleh umat Islam yaitu menahan lapar, haus, hawa nafsu, amarah dan juga timing untuk lebih memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
Ibadah puasa yang telah disyariatkan untuk dijalankan di bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan. Hal tersebut dikarenakan Ramadhan itu sendiri merupakan bulan kemuliaan, bulan diturunnya Al-Qur'an dan bulan dilipatgandakannya pahala. Maka untuk mendapatkan keutamaan-keutamaan tersebut, yang perlu dilakukan umat Islam adalah menjalankan ibadah puasa dengan sebaik mungkin.
Kebanyakan masyarakat tidak banyak mengetahui bahwa kebiasaan-kebiasan yang menurut mereka sepele dapat menggolongkan mereka ke dalam golongan orang-orang yang sia-sia puasanya. Sia-sia di sini adalah berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus dahaga saja yang menghinggapi tenggorokannya. Hal ini sesuai dengan apa yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang jujur lagi membawa berita yang benar,
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shohih ligoirihi –yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya).
Berdasarkan hadis di atas, maka kita perlu mengetahui 3 hal yang harus dihindari supaya tidak sia-sia dalam berpuasa.
1. Berkata Dusta (az zuur)
Berkata dusta atau berbohong sangat harus dihindari sekalipun yang dimaksud adalah candaan atau tidak benar-benar berbohong.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903).
Apa yang dimaksud dengan az zuur? As Suyuthi mengatakan bahwa az zuur adalah berkata dusta dan menfitnah (buhtan). Sedangkan mengamalkannya berarti melakukan perbuatan keji yang merupakan konsekuensinya yang telah Allah larang. (Syarh Sunan Ibnu Majah, 1/121, Maktabah Syamilah)
2. Berkata lagwu (sia-sia) dan rofats (kata-kata porno)
Berkata sia-sia di sini adalah perkataan yang tidak memiliki manfaat sama sekali seperti menggosip. Sedangkan kata-kata porno jelas harus sangat ditinggalkan dan jangan sampai terucap dari lisan kita sekalipun itu perkataan yang lirih.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
:
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1082 mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Lagwu dalam kitab Fathul Bari (3/346), Al Akhfasy mengatakan,
“Lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah.”
Sedangkan rofats , Ibnu Hajar mengatakan,
“Istilah Rofats digunakan dalam pengertian ‘kiasan untuk hubungan badan’ dan semua perkataan keji.”
Istilah lain juga dikatakan oleh Al Azhari,
“Istilah rofats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita.” Atau dengan kata lain rofats adalah kata-kata porno.
Perkara-perkara di atas oleh banyak orang, masih sering dilakukan seperti dengan begitu mudahnya mengeluarkan kata-kata kotor, dusta, sia-sia dan menggunjing orang lain.
3. Melakukan Berbagai Macam Maksiat
Maksiat di sini adalah perbuata-perbuatan yang dapat digolongkan sebagai dosa kecil maupun dosa besar. Bermaksiat dalam berpuasa justru menjauhkan kita dengan Allah swt.
Ibnu Rojab Al Hambali menasehati :
“Ketahuilah, amalan taqorub (mendekatkan diri) pada Allah Ta’ala dengan meninggalkan berbagai syahwat (yang sebenarnya mubah ketika di luar puasa seperti makan atau berhubungan badan dengan istri, pen) tidak akan sempurna hingga seseorang mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan perkara yang Dia larang yaitu dusta, perbuatan zholim, permusuhan di antara manusia dalam masalah darah, harta dan kehormatan.” (Latho’if Al Ma’arif, 1/168, Asy Syamilah)
Selain beliau, Jabir bin ‘Abdillah juga menyampaikan petuah bagus dalam hal berpuasa :
“Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.” (Lihat Latho’if Al Ma’arif, 1/168, Asy Syamilah)
Tiga hal di atas sangat harus dihindari oleh umat Islam dalam berpuasa karena Ibnu Rajab mengatakan,
“Tingkatan puasa yang paling rendah hanya meninggalkan minum dan makan saja.”
Dari perkataan ulama di atas, maka jangan sampai kita termasuk ke dalam golongan orang-orang pada tingkatan terendah berpuasa yaitu sekedar meninggalkan makan dan minum saja.
Wallahu a'lam bii ash-shawaab
Sumber :
- Kitab Latho’if Al Ma’arif As-Syamilah
- Kitab Shohih At Targib wa At Tarhib
- Syarh Sunan Ibnu Majah Maktabah Syamilah
- Kitab Fathul Barri