3 Cara Ampuh Detoks Media Sosial, Agar Tak Frustasi dan Mudah Iri!

Hernawan | ais jauhara fahira
3 Cara Ampuh Detoks Media Sosial, Agar Tak Frustasi dan Mudah Iri!
Ilustrasi media sosial, Facebook dan Instagram. [Tanja-Denise Schantz/Pixabay]

Pernahkah Anda merasa lelah diburu notifikasi media sosial? Apalagi di masa pandemi, saat semuanya jadi serba daring. Kira-kira bagaimana kita bisa dapat beristirahat dari hiruk pikuk media sosial.

Sebelum masuk ke tips istirahat media sosial, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu dampak buruk media sosial. Sebab media sosial tak hanya memberikan manfaat, tetapi juga efek samping yang buruk jika terlalu rutin digunakan. 

Bahkan ada penelitian yang mengungkap bahwasanya jika terlalu sering menggunakan media sosial, ternyata membuat penggunanya rentan akan rasa frustasi dan mudah iri dengan orang lain. Temuan itu dimuat dalam penelitian berjudul "A Tool to Help or Harm? Online Social Media Use and Adult Mental Health in Indonesia".

Itulah mengapa sebagian dari kita ada yang merasa cemas, iri, dan frustasi. Setiap melihat Instastory dan postingan orang lain, secara otomatis kita jadi membanding-bandingkan diri kita. Kemudian muncul perasaan rendah diri atau insecure. Jika perasaan ini memicu kita untuk mengembangkan diri tentu baik. Namun, apa jadinya jika malah menimbulkan perasaan rendah diri yang berlarut-larut?

Nah, maka dari itu kali ini kita perlu mengatasinya dengan istirahat dari media sosial. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi penggunaan media sosial yang disebut detoks media sosial atau dalam bahasa Inggris social media detox.

Detoks adalah istilah yang sering dipakai dalam dunia kesehatan dalam membuang zat buruk dari tubuh. Berbeda dengan detoks diet yang membuang racun dari dalam tubuh, detoks sosial media berarti membantu membuang semua racun yang menggangu mental.

Detoks media sosial bukan berarti berhenti total dalam menggunakan sosial media. Detoks dilakukan jika pengguna sosial media merasa stres dan resah dengan kehidupan sosial orang lain.

Detoks tidak serta merta menghentikan semua penggunaan media sosial. Umumnya detoks sosial media dimulai dengan mengurangi jumlah waktu penggunaan media sosial. Jika umumnya penggunaan menggunakan sosial media mereka selama lebih dari tiga jam, maka sebagai langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan menguranginya hingga satu jam pemakaian.

Nah, berikut tips agar memudahkan Anda yang ingin melakukan detoks media sosial.

1. Tetapkan batas waktu.

Tentukan batas waktu penggunaan media sosial. Anda bisa menentukan jadwal tanpa media sosial. Misal sebanyak enam jam pada hari Sabtu. Maka selama enam jam itu kamu bisa mematikan sambungan data pada media sosial Anda.

2 . Kurangi doomscrolling, perbanyak joyscrolling.

Nah, sebelumnya perlu diketahui apa itu doomscrolling dan joyscrolling. Doomscrolling yakni ketika Anda menelusuri time line untuk melihat berita terbaru yang mengecewakan, misal perceraian selebriti ataupun bencana alam.

Sedangkan joyscrolling yakni kebalikan dari doomscrolling, menelusuri untuk melihat kabar baik seperti mengenai self- improvement, serta hobi.

Dengan mengurangi doomscrolling, Anda bisa lebih bahagia. Sebab media sosial dapat mempengaruhi emosimu. Tentu efek paparan kabar buruk bisa memperburuk emosimu, maka dari itu direkomendasikan untuk mengurangi doomscrolling. Ingat, mengurangi bukan berarti sama sekali berhenti.

3. Matikan notifikasi

Matikan notifikasi di saat Anda sedang berinteraksi langsung dengan orang lain. Misal sedang berlibur dengan keluarga atau sekadar nongkrong ngobrol-ngobrol dengan teman. Agar quality time Anda tidak terdistraksi, Anda bisa mematikan data seluler atau notifikasi, dapat juga dengan melakukan challenge meletakan smartphone di meja agar tidak disentuh saat sedang mengobrol bersama teman atau keluarga Anda.

Nah, itu dia tadi tips-tips detoks dari media sosial. Semoga dapat beristirahat sejenak dari hiruk pikuk media sosial.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak