Beberapa hal kecil, asalkan itu tidak diluar dari batas perjanjian antara suami dan istri, tidak mengapa untuk dimaklumi. Pernahkah kita lelah bertengkar dengan suami? Setelah dipikir-pikir, ternyata pertengkaran tersebut hanya disebabkan oleh beberapa hal kecil.
Marah adalah hal yang manusiawi. Apalagi bagi kita seorang istri. Terkadang, beberapa hal bagi kita begitu dibesar-besarkan, padahal suami menganggap hal tersebut menjadi hal yang sederhana.
Bagaimana jika kita belajar untuk memaklumi? Orang yang terlahir kembar pun, tetap ada perbedaannya. Apalagi kita dan suami. Dua orang yang berbeda, dua orang asing yang kemudian jatuh cinta, lantas memutuskan untuk berumah tangga.
Beberapa hal di bawah ini merupakan beberapa kebiasaan dari suami yang normal untuk dimaklumi. Apa saja itu?
1. Tidak bisa membenarkan kerusakan rumah
Jangan samakan suami dengan ayah kita. Ayah kita mungkin bisa membenarkan seluruh plafon yang bocor, dinding yang retak, beberapa furniture yang rusak. Namun suami kita, belum tentu bisa.
Karena ayah adalah idola, seringkali kita menganggap bahwa suami juga harus bisa seperti ayah. Dengan bisa membenarkan beberapa kerusakan di rumah, suami adalah pahlawan keluarga.
Coba tarik napas, dan pikirkan hal ini. Suami kamu adalah anak kesayangan ibunya. Boro-boro membenarkan tembok yang rusak atau sekadar membuatkan kandang ayam, dia tidak dibiasakan untuk melakukan hal itu sejak kecil. Ketika dia tidak bisa melakukan hal itu, kamu tidak perlu menyalahkan suamimu ataupun orang tuanya. Kamu hanya perlu untuk memakluminya.
Kalau kamu ingin dia belajar menjadi ahli membenarkan rumah, bicarakan dengan baik, dan dia pasti dengan senang hati untuk mencoba beberapa hal baru agar dia nampak seperti pahlawan di matamu. Tapi jangan pernah menghinanya.
Sekalipun dia menolak untuk belajar hal itu, setidaknya dia akan selalu menyediakan dana untuk sewa tukang ketika rumahmu dilanda kerusakan. Sederhana, bukan?
2. Ceroboh
Apakah suamimu memiliki kebiasaan meletakkan handuk sembarangan? Menumpuk gantungan baju dengan pakaian yang dipakainya sebentar dan dianggap masih bersih? Melewatkan beberapa hal ketika membantumu bersih-bersih? Melupakan dimana dia menaruh kunci?
Kamu mungkin kesal dan tidak ada kata yang lebih sopan lagi ketimbang ceroboh. Tapi, apakah hal tersebut harus dibawa sampai harus bertengkar? Apa manfaatnya? Sekalipun sekarang bertengkar, besok mungkin dia sudah mengulangi hal sama yang serupa.
Coba untuk memikirkan ini, apakah kamu tidak pernah ceroboh? Apakah kamu tidak pernah melupakan sesuatu? Sebenarnya, kamu juga sering melakukan beberapa hal ceroboh versi dirimu sendiri. Bedanya, suami kamu tidak mengomentari hal itu.
Tidak selayaknya kita sebagai perempuan yang senang mengomentari semua hal, suami mungkin lebih sering menganggap beberapa hal menjadi hal yang sederhana dan tidak perlu diungkit atau dibicarakan kembali.
Tidak melulu harus dengan marah. Cobalah membuat kesepakatan dengan suami tentang beberapa hal yang boleh dan tidak boleh. Belajar bersama untuk membiasakan dan memahami keinginan satu sama lain sehingga segala sesuatu yang diinginkan bisa diwujudkan bersama tanpa adanya rasa keterpaksaan dan pertengkaran di awalnya.
Terkadang memang mengesalkan ketika melihat suami pulang bekerja dan masih sibuk dengan gawai miliknya. Serasa tidak dihargai sebagai seorang istri, bukan? Apalagi anak yang ingin bermain atau bercerita kepada ayahnya, namun sering terabaikan karena ayahnya bermain gawai.
Kesal adalah hal yang wajar dan sah-sah saja tentunya. Namun, suami juga seharian sudah lelah bekerja. Dalam beberapa pekerjaan, penggunaan gawai memang sangat dibatasi bahkan ada yang tidak diperbolehkan. Jadi, ketika suami pulang ke rumah dan membuka gawainya beberapa saat, kenapa tidak bisa memakluminya saja?
Terkecuali kalau suami kamu sering lupa waktu ketika sudah menggunakan gawai, maka kamu harus membuat sebuah kesepakatan tentang penggunaan gawai sehingga suami kamu bisa menerima saran yang kamu berikan.
4. Membeli makan di luar
Jangan egois dan terus memaksa suami untuk makan di rumah. Memangnya sebagai seorang istri, kita tidak pernah jajan di luar kah? Sama halnya dengan kita, tidak mengapa jika suami sesekali membeli makanan di luar. Entah ketika dia lapar maupun diajak teman-temannya.
Membeli makanan di luar bukan berarti suami tidak menghargai usaha kita untuk memasak. Makanya, untuk menghindari beberapa pikiran negatif, cobalah untuk membuat kesepakatan dengan suami mengenai hal tersebut.
Misalnya, suami harus memberi kabar kalau makan di luar. Sehingga kita seorang istri, bisa menyesuaikan porsi dan masakan menjadi ludes habis, tidak mubadzir.
5. Berkumpul dengan teman
Berkumpul dengan teman adalah salah satu bentuk healing yang paling sederhana bagi seorang laki-laki. Namun bagi kita istrinya, seringkali berat untuk melepas suami pergi meskipun sekadar ke rumah teman. Sebenarnya, apa sih yang ada dalam pikiran kita?
Asalkan suami terus memberi kabar, tidak mengapa untuk membiarkannya menikmati dunianya sebentar. Kamu dan suami harus saling mempercayai satu sama lain, sehingga pikiran buruk yang mungkin saja menyelimuti, bisa hilang sendiri.
Itulah 5 kebiasaan suami yang lebih baik untuk dimaklumi.