Empty Nest Syndrome atau juga bisa disebut sindrom sarang kosong adalah kondisi rasa tertekan, sedih, atau khawatir yang dirasakan oleh orang tua ketika satu atau beberapa anaknya pergi meninggalkan rumah. Hal ini bisa terjadi baik ketika anak pergi untuk melanjutkan pendidikan, bekerja, maupun menempuh hidup baru dengan menikah.
Sindrom sarang kosong ini biasanya lebih sering terjadi kepada ibu. Hal ini karena umumnya ibu lebih sering menghabiskan waktu bersama anak di rumah. Namun, tidak menutup kemungkinan seorang ayah juga bisa mengalami sindrom ini.
Sindrom ini mungkin muncul karena rasa sayang kepada anak, namun hal ini juga bisa menganggu orang tua dan anak itu sendiri. Bagaimanapun juga, anak perlu berkembang dengan mencari pengalaman. Dalam proses berkembang itulah sangat mungkin anak haus meninggalkan rumah. Untuk itu, dirangkum dari hellosehat.com, berikut lima cara mengatasi empty nest syndrome atau sindrom sarang kosong.
1. Siapkan Diri untuk Kepergian Anak
Saat mengetahui bahwa anak akan meninggalkan rumah, misalnya ketika anak hendak lulus SMA atau akan menikah, hendaknya kita memanfaatkan waktu yanh tersisa untuk menyiapkan diri kita untuk merelakan kepergian anak.
Bagaimanapun juga kita harus siap dengan kondisi ini, dengan mempersiapkan sejak jauh-jauh hari maka kita tidak akan terlalu bersedih saat hari kepergian anak.
2. Singkirkan Pikiran yang Menyeramkan
Rasa tertekan, sedih, atau khawatir biasanya juga muncuo karena bayangan buruk mengenai kehidupan anak di luar rumah. Karena selama di rumah kita selalu memantau hingga memenuhi segala kebutuhannya, kita khawatir ketika di luar rumah mereka jadi terbengkalai.
Padahal belum tentu pikiran buruk tersebut bisa terjadi. Apalagi jika anak kita sudah dewasa, dia sudah siap untuk hidup sendiri tanpa dampingan orang tuanya secara langsung.
3. Cari Cara Agar Bisa Tetap Berhubungan dengan Anak
Saat ini teknologi komunikasi sudah sangat memudahkan kita untuk bisa berhubungan dengan orang yang lokasinya jauh. Dengan begitu, meskipun anak tidak tinggal bersama kita dalam satu rumah, kita masih bisa berkomunikasi dengannya. Hal ini tentu bisa membiat kita lebih tenang karena selalu mengetahui kabar dari anak kita.
4. Bercerita pada Orang Lain
Saat merasa sedih atau tertekan mengenai kepergian anak, kota bisa bercerita kepada orang lain, misalnya kepada pasangan kita atau orang lain yang lebih dahulu pernah ditinggalkan anaknya. Hal ini bisa membuat kita lebih tenang melepas kepergian anak.
5. Fokus Pada Dampak Positif Untuk Anak
Tidak selamanya pergi dari rumah akan berdampak buruk pada anak. Bahkan, mungkin banyak dampak positif yang akan dirasakan oleh anak kita. Misalnya anak menjadi lebih mandiri, punya pengalaman lebih, dan lain sebagainya. Dengan fokus pada dampak positif, maka kita akan merasa senang dengan kepergian anak kita.
Demikian lima cara mengatasi sindrom sarang kosong atau empty nest syndrome. Kepergian anak kita bukan akhir dari segalanya. Semoga bermanfaat.