Lebih Baik Bertahan? Mengenal Tren Job Hugging di Dunia Kerja

Hernawan | Rahmah Nabilah Susilo
Lebih Baik Bertahan? Mengenal Tren Job Hugging di Dunia Kerja
Ilustrasi Bekerja (Unsplash/Annie Spratt)

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah job hopping sempat menjadi tren di kalangan profesional muda. Pindah-pindah kerja dianggap sebagai langkah strategis untuk menaikkan gaji, memperluas jejaring, hingga memperkaya pengalaman. Namun kini, muncul fenomena baru yang justru bertolak belakang: job hugging.

Pernah dengar istilah job hugging? Kalau kamu membayangkan seseorang memeluk meja kerjanya erat-erat dan enggan berpindah, kamu tidak sepenuhnya salah. Istilah ini memang sedang ramai dibicarakan, terutama di kalangan pekerja muda Indonesia. Job hugging adalah kondisi di mana seseorang memilih tetap bertahan di tempat kerja saat ini, meskipun sudah merasa tidak nyaman dan memiliki tawaran atau peluang baru yang menggiurkan.

Berbeda dengan era job hopping, yang menjadikan perpindahan kerja sebagai bagian dari strategi karier, job hugging lebih menekankan pada kebutuhan akan stabilitas, keamanan, dan keberlanjutan. Ini bukan sekadar soal merasa nyaman, tetapi juga menjadi respons terhadap situasi global yang serba tak menentu.

Banyak faktor yang membuat job hugging menjadi pilihan realistis saat ini. Di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu, ancaman PHK massal, hingga dinamika dunia kerja yang semakin cepat dan kompleks, banyak profesional muda akhirnya memilih untuk bertahan. Mereka merasa lebih aman berada di lingkungan yang sudah dikenal, dengan sistem kerja yang bisa mereka pahami dan adaptasi yang tidak lagi perlu diulang dari awal.

Namun, apakah job hugging ini sesuatu yang sepenuhnya baik? Tidak juga. Di satu sisi, keputusan untuk bertahan bisa menjadi langkah bijak jika pekerjaan saat ini masih menawarkan tantangan, ruang berkembang, dan stabilitas. Tetapi, jika dilakukan hanya karena rasa takut akan perubahan, job hugging justru bisa membawa risiko stagnasi karier, hilangnya motivasi, dan ketertinggalan kompetensi di tengah dunia kerja yang terus berkembang.

Job hugging bukan berarti kamu harus berhenti bermimpi atau mengejar hal yang lebih baik. Kuncinya adalah mengenali kapan kamu sedang membuat keputusan yang strategis, dan kapan kamu sedang “main aman” karena takut mengambil resiko.

Job hugging juga bisa jadi refleksi dari perubahan cara kita memandang karier. Dulu, “pindah kerja = ambisius”, sekarang, “bertahan = mindful”. Banyak anak muda kini lebih fokus pada work-life balance, kesehatan mental, dan keberlanjutan karier dalam jangka panjang. Karier tidak lagi harus diukur dari seberapa cepat kamu naik jabatan atau pindah perusahaan, tapi seberapa kamu bisa berkembang dengan versi terbaik dirimu.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak