Green City: Pembangunan Kota Berbasis Ramah Lingkungan

Tri Apriyani | Dewangga Putra Mikola
Green City: Pembangunan Kota Berbasis Ramah Lingkungan
Ilustrasi Green City (freepik)

Kehidupan di kawasan perkotaan mengalami kemajuan yang begitu pesat. Hal ini terjadi karena kuatnya pengaruh globalisasi. Pesatnya perkembangan di kawasan perkotaan juga disebabkan dari adanya urbanisasi.

Setiap tahun, banyak para pendatang dari desa yang ingin berpindah dan menetap di kota. Mereka ingin tinggal di kota karena fasilitas dan layanan di kawasan perkotaan jauh lebih baik daripada di daerah pedesaan.

Selain itu, di kawasan perkotaan juga banyak tersedia lapangan pekerjaan. Sehingga, membuat kehidupan masyarakat terpusat di daerah perkotaan.

Pesatnya pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan mengakibatkan kebutuhan lahan juga meningkat. Meningkatnya kebutuhan lahan menyebabkan fungsi alih lahan menjadi permukiman. Tak jarang lereng pertanian sering menjadi permukinan penduduk. Namun, fungsi alih lahan ini justru berpotensi menimbulkan degradasi lingkungan.

Hal ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan pengelolaan lingkungan yang tepat. Sehingga, tak jarang di kawasan perkotaan terjadi kemacetan lalu lintas, pencemaran udara, meningkatnya permukaan air laut, hingga bepotensi banjir.

Sejumlah permasalahan ini secara langsung memberikan efek dan kontribusi terhadap perubahan iklim dan menimbulkan pemanasan global.

Pengembangan Kota berbasis green city (kota hijau) merupakan salah satu solusi yang dapat menjawab permasalahan yang ada di daerah perkotaan.

Apa sih Green City itu?

Green city adalah salah satu program pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan. Konsep ini membutuhkan strategi pembangunan yang menyeimbangkan antar kehidupan sosial, kegiatan ekonomi, dan pemberdayaan lingkungan.

Adanya konsep pembangunan berbasis green city ini dapat membuat kota sebagai daerah yang layak huni dengan tetap memperhatikan kualitas ekosistem lingkungan.

Konsep green city, sejatinya telah dikemukakan oleh Lewis, Howard, dkk. Implikasi dari pembangunan green city adalah menghindari pembangunan kawasan yang tidak terbangun.

Pembangunan green city juga melihat aspek ekologis lokal dan dapat meminimalkan dampak yang bisa merugikan terhadap ekosistem lingkungan. Perwujudan ini membutuhkan berbagai kombinasi strategi, mulai dari tata ruang, infrastruktur, dan pembangunan sosial.

8 Atribut Green City

Dalam mewujudkan pembangunan green city, setidaknya ada delapan atribut kota hijau. Atribut kota hijau ini mencakup: Pertama, Green planning and design, yaitu upaya perencanaan dan perancangan kota yang ramah lingkungan. Kedua, Green open space, dengan mewujudkan tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Ketiga, Green waste, yaitu meciptakan zero waste dengan menerapkan 3R (Reduce, Reuse, dan Reycle). Keempat, Green transportation, dengan mewujudkan transportasi berkelanjutan dan ramah lingkungan. Kelima, Green water, yaitu efisensi pemanfaatan sumber daya air.

Keenam, Green energy, mewujudkan pemanfaatan energi secara efisien dan ramah lingkungan. Ketujuh, Green building, pengembangan bangunan hemat energi. Kedelapan, Green community, melibatkan peran aktif masyarakat, komunitas, serta institusi swasta dalam mengembangkan kota hijau.

Pelaksanaan Pembangunan Green City

Demi mewujudkan kebehasilan pembangunan green ciy, perlu adanya kesadaran etika seluruh pihak dalam pengelolaan lingkungan yang baik. Masyarakat dan pemerintah harus konsisten dan berkomitmen untuk mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

Diperlukan kesadaran antara seluruh pihak terkait agar lebih mampu memberdayakan lingkungan dan tidak konsumtif terhadap pemanfaatan energi agar pembangunan green city dapat terwujud. Lingkungan hidup perlu dijaga keberadaan ekosistemnya, bukan untuk dieksploitasi secara berlebihan dan tidak bertanggung jawab.

Selanjutnya, untuk menjamin keberlanjutan green city diperlukan kerja keras antara semua pihak. Baik masyarakat maupun pemerintah perlu berkerja sama agar dapat meningkatkan kualitas hidup lingkungan yang mengacu pada akuntabilitas dan keberlanjutan.

Diperlukan juga upaya yang konsisten dan sistematis dalam mengembangkan pembangunan green city. Upaya ini dimulai dari proses sosialisasi, mobilisasi, persuasi, hingga implementasi.

Pelaksanaan Pembangunan green city juga membutuhkan adanya mekanisme insentif dan disinsentif agar program pembangunan tidak merusak lingkungan. Perlu adanya kepekaan, kepedulian, dan kesadaran antara seluruh pihak dalam mewujudkan pembangunan kota yang sehat, sejuk, dan layak huni.

Cara ini dilakukan guna menciptakan pembangunan green city yang seimbang dan terintegrasi antara aspek ekologi dan ekonomi. Sehingga, hasil pembangunan green city dapat diperuntukan untuk generasi sekarang dan generasi selanjutnya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak