Penyakit Demam Berdarah Mengintai di Tengah Wabah COVID-19

Tri Apriyani | katharine hana christian p.
Penyakit Demam Berdarah Mengintai di Tengah Wabah COVID-19
Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang menularkan virus dengue. (Sumber: Shutterstock)

Maraknya penyakit baru yaitu COVID-19 membuat setiap orang harus melakukan social distancing yang dapat memicu peningkatan penyakit lainnya seperti Demam Berdarah Dengue, dikarenakan banyak orang yang melakukan kegiatan di rumah, sehingga memungkinkan penularan DBD yang sangat cepat.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit tular vektor yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti lewat gigitannya. Penyakit tular vector adalah penyakit yang disebabkan oleh patogen yang menginfeksi manusia melalui serangga sebagai pembawanya (vektor).

DBD dapat menginfeksi siapapun tanpa mengenal usia dan jenis kelamin manusia. Di Jawa Barat DBD ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa atau disebut KLB, dikarenakan penyakit tersebut dapat menyebabkan kematian. Demam berdarah dapat terjadi pada segala usia dan jenis kelamin.

DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diperkirakan terdapat sekurangnya 2,8 milyar penduduk dunia berisiko terinfeksi dan 75 persen nya berada di wilayah Asia-Pasifik. Di Indonesia kasus DBD pada awal tahun 2019 sudah mencapai 13.683 jiwa yang terkena penyakit ini.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi endemis DBD di Indonesia. Sampai sekarang, DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian tinggi.

Di Jawa Barat jumlah kasus DBD mencapai angka 8.732 pada tahun 2018. Di salah satu kotanya, yaitu Kota Bekasi, memiliki jumlah kasus yang cukup banyak pada Januari 2019 terdapat 128 kasus dan 71 kasus pada bulan Februari, sehingga total kasusnya adalah 199.

Pada awal tahun 2020 ini jumlah kasus pada bulan Januari hanya 45 dan 64 kasus pada bulan Februari. Jumlah kasus tersebut mengalami penurunan hampir 50 persen, namun tidak menutup kemungkinan akan meningkat kembali ketika peralihan musim hujan ke kemarau.

Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti betina yang didapatkan dari seseorang yang sebelumnya telah terjangkit DBD atau seseorang yang tidak terkena DBD namun terdapat virus dengue di dalam darahnya. Biasanya pergelangan kaki dan leher menjadi bagian tubuh yang umum digigit nyamuk.

Di dalam tubuh nyamuk, virus ini akan masuk dan berkembang biak di usus halusnya. Di dalam tubuh manusia, virus dengue ini akan berkembang selama 4 - 7 hari.

Kemudian virus tersebut menyerang sistem peredaran darah yang menyebabkan terjadinya kebocoran pembuluh darah dan penurunan trombosit dalam jumlah besar hingga menimbulkan beberapa gejala, seperti demam tinggi, nyeri kepala berat, nyeri pada sendi, otot, dan tulang, timbul ruam pada kulit, nafsu makan menurun, mual dan hingga muntah.

Penyebab utama tersebarnya penyakit DBD dikarenakan peningkatan jumlah penduduk di setiap daerah, keberadaan jentik pada Tempat Penampungan Air (TPA), sanitasi yang buruk, kurangnya sikap dan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakitnya, kurangnya perhatian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan, serta suhu dan kelembaban di kota tersebut yang dapat membuat vektor dan agen berkembang biak lebih baik.

Yang dapat dilakukan untuk mengendalikan agen maupun vektor penyakit DBD yaitu dengan melakukan 3M yaitu Menutup TPA, Menguras dan menyikat TPA, dan Mengubur barang bekas yang dapat menampung air, mengelola sanitasi lingkungan yang dapat dilakukan dengan cara memperbaiki penyediaan air bersih, pengelolaan sampah padat, peralihan tempat perkembang biakan buatan manusia, dan pengelolaan tata letak kota.

Adanya Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan Jumantik yang berjalan dengan rutin juga dapat mengendalikan maupun mengurangi timbulnya penyakit ini.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak