Imbas Pandemi, Pendapatan Tukang Becak dan Kusir Andong Malioboro Menurun

Tri Apriyani | Hayuning Ratri
Imbas Pandemi, Pendapatan Tukang Becak dan Kusir Andong Malioboro Menurun
Seorang Kusir Andong nampak menunggu pelanggan di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, Rabu (10/6/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

Pandemi Covid-19 yang masih belum berakhir menyisakan berbagai persoalan. Dalam sektor pariwisata misalnya, imbas pandemi dirasakan cukup berat bagi penarik becak dan andong di kawasan wisata Malioboro.

Menurut keterangan Ketua Paguyuban Becak Motor Yogyakarta (PBMY) Parmin, pendapatan yang diperoleh selama pandemi mengalami penurunan secara signifikan sebab rata-rata tukang becak bergantung pada pariwisata.

“99% tukang becak mengandalkan pariwisata, jadi ya sangat terdampak saat ini. Jumlah anggota kalau terdata di Dinas Perhubungan DIY ada 1.700an, khusus Malioboro ada 300an,” kata Parmin, Kamis (04/03/2021), mengutip dari Harian Jogja.

Sebelum pandemi, rata-rata pendapatan per hari tukang becak di Kawasan Malioboro menurut Parmin dapat mencapai Rp 70.000. Akan tetapi, kini untuk memperoleh Rp 10.000 saja sudah sulit. Untuk mencukupi kebutuhan harian, beberapa tukang becak meminta bantuan dari orang-orang yang melintas di jalan.

“Ada yang ngamen, ada meminta bantuan, ada yang nyambi buruh, karena benar-benar tidak ada pemasukan, dan harus bayar utang dan lain-lainnya,” tambahnya.

Lebih lanjut, anggota PBMY juga mencoba untuk memaksimalkan koperasi anggota yang tersedia.

“Di sub-sub PMBY ini ada semacam koperasi, jadi yang missal tidak ada uang ya pinjam dulu, nanti kalau sudah ada dikembalikan. Saling bantu juga, tetapi ya seadanya. Dari kami harapannya ya ada kemudahan untuk akses wisatawan datang itu, karena kami bergantung pada itu,” ungkapnya.

Hal senada disampaikan oleh Ketua Paguyuban Kusir Andong DIY Purwanto bahwa keadaan saat ini sangat berat untuk kusir andong. Dulu pendapatan rata-rata dapat mencapai Rp 150.000 sehari, namun kini sangat sulit untuk didapatkan.

“Kalau sekarang minus malahan pendapatan. Ada beberapa anggota juga beralih pekerjaan kalau ada keterampilan lain. Dulu sebelum pandemi 474 anggota, setelah pandemi di Oktober 2020 hanya 385 anggota. Sekarang belum cek lagi yang aktif berapa. Saat ini juga sulit untuk berharap bagaimana,” ungkap Purwanto.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak