Jangan Sampai Punah! Ini 4 Cerita Rakyat Indonesia Terbaik

Munirah | Munirah
Jangan Sampai Punah! Ini 4 Cerita Rakyat Indonesia Terbaik
Ilustrasi Anak Nonton Kartun. (pixabay.com/mojzagrebinfo/40 images)

Sekarang sudah jarang ditemukan tayangan televisi yang menyajikan tontonan ramah anak. Kebanyakan suguhan yang dipertontonkan di televisi adalah tayangan-tayangan kurang ramah seperti tontonan kekerasan, cinta-cintaan, gosip, dan masih banyak lagi.

Sehingga tidak jarang para orang tua kesulitan mengontrol tontonan yang layak bagi anak-anaknya. Padahal, ada banyak cerita rakyat atau dongeng anak yang seru dan lebih pantas di tayangkan. 

Inilah 5 cerita rakyat Indonesia terbaik yang ternyata seru buat di bahas dan di wariskan lagi ke adik-adik millenial.

1.Malin Kundang

Cerita rakyat ini berasal dari Sumatera. Tentang seorang anak durhaka terhadap ibu kandungnya. Malin, berangkat dari keluarga miskin. Pergi ke kota untuk merantau. Selama di kampung halaman, Malin adalah anak yang berbakti kepada ibunya.

Namun, setelah Malin ke kota dan sukses menjadi kaya raya, Malin pun menikahi wanita kaya nan cantik jelita. Sang ibu yang semakin tua dan merindukan anaknya menyusul ke kota mencari Malin. Namun tidak disangka, saat mereka dipertemukan, Malin tidak mengakui sang ibu. Di depan istri tercinta, Malin memaki dan mengusir sang ibu.

Sang ibu menangis, dan sakit hati. Lalu ibu Malin berdoa "Ya Tuhan, jika memang Malin adalah putraku, maka biarkan ia berubah menjadi batu". Seketika doa sang ibu yang hatinya terluka pun terkabul, Malin menjadi batu karang.

2.Danau Toba

Ada seorang petani yang rajin bekerja. Suatu hari, petani itu menemukan ikan yang ternyata merupakan putri cantik, namun di kutuk menjadi ikan. Singkat cerita sang puteri ikan bersedia menikah dengan petani dengan syarat bahwa petani itu tidak boleh mengungkit tentang asal usul puteri ikan. Jika melanggar, maka akan terjadi bencana.

Mereka akhirnya dikarunai seorang anak, yang diceritakan tidak pernah merasa kenyang. Pada suatu hari, sang puteri ikan menyuruh anaknya mengantarkan makanan untuk sang suami yang sedang bertani.

Namun, sang anak justru menghabiskan makanan itu diperjalanan. Sontak sang ayah marah besar dan memaki anaknya dengan mengatakan "dasar anak ikan!". Seketika terjadi badai. Sang anak dan puteri ikan menghilang dan meninggalkan jejak kaki raksasa membentuk sebuah danau yang sekarang dikenal dengan Danau Toba.

3.Batu Menangis

Kisah ini berasal dari Kalimantan. Bercerita tentang sepasang ibu dan anak. Sang ibu sangat mencintai anaknya yang berparas luar biasa cantik, namun manja dan sombong. Suatu saat mereka pergi berbelanja di pasar. Sang anak selalu berjalan di depan sang ibu.

Setiap ada orang yang bertanya kepada si anak "siapa orang dibelakangmu?" sang anak selalu mengatakan "Itu budakku". Dan saat ditanya orang lainnya lagi, si anak kembali menjawab hal yang sama.

Sang ibu yang bersabar, akhirnya sakit hati dan berdoa agar anaknya dihukum. Langsung seketika badai menyerang, sang anak pun berubah menjadi batu sampai setengah tubuhnya. Sang anak hanya menangis kepada sang ibu untuk memohon ampun, sang ibu menangis dan memaafkan. Namun akhirnya anak itu tetap berubah menjadi batu menangis.

4. Telaga Bidadari

Di suatu telaga, hidup seorang pemuda tampan yang gemar berburu burung. Ia bernama Awang Sukma. Namun entah mengapa di suatu hari, suasana sangat sepi dan Awang tidak mendapatkan buruan apapun.

Terdengar suara ramai gadis-gadis cantik yang sedang mandi di telaga. Awang pun terkesima, dan berniat tak baik dengan menyembunyikan selendang milik salah satu bidadari itu.

Benar saja, satu dari tujuh bidadari itu menangis merelakan kakak-kakaknya kembali ke khayangan. Ia tidak bisa ikut pulang karena kehilangan selendangnya. Awang menghampiri bidadari yang tertinggal, menawari tinggal di tempatnya dan akhirnya mereka menikah dan dikaruniai seorang putri bernama Kumalasari.

Singkat cerita, rahasia Awang terbongkar. Sang bidadari marah dan kecewa lalu pergi kembali ke khayangan.

Nah itu dia empat cerita rakyat yang terkenal di Indonesia, namun jika tidak lagi diwariskan, lama-lama cerita itu akan punah. Padahal, selain seru, ada banyak pesan tersirat di dalam kisah-kisah itu yang baik dan ringan untuk diceritakan kepada anak-anak dan adik-adik millenial.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak