Pertanian Berkelanjutan Jadi Jalan Pulang Saat Alam Kian Merapuh

Sekar Anindyah Lamase | Ancilla Vinta Nugraha
Pertanian Berkelanjutan Jadi Jalan Pulang Saat Alam Kian Merapuh
Ilustrasi Pertanian Berkelanjutan (Unsplash/Ama Journey)

Ketika kesuburan tanah kian menipis dan langit sulit ditebak, petani tetap menanam dengan harapan. Di antara krisis iklim dan degradasi lahan, pertanian berkelanjutan menjadi jalan pulang untuk menyeimbangkan kembali hubungan manusia dan alam.

Global Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) Indonesia, menyoroti lebih dari 29 persen tenaga kerja Indonesia menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Nah, di tengah kenyataan itu, ancaman perubahan iklim dan alih fungsi lahan justru menghantui keberlanjutan pangan nasional. 

“Tekanan lingkungan yang kian meningkat disebabkan oleh deforestasi, degradasi tanah, kelangkaan air dan ketergantungan pada pupuk kimia,” ujar Sidi Rana Menggala, Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia, dalam pernyataannya di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Selasa (4/11/2025).

Tekanan ini tentunya membuat produktivitas sektor pertanian melorot dari tahun ke tahun. Bahkan, tak sedikit petani yang terjebak dalam sistem pertanian konvensional. Sistem tersebut menuntut hasil cepat, tapi menguras daya hidup tanah. 

Mengutip dari Greenpeace, krisis iklim kiwari menjadi tantangan paling nyata bagi petani Indonesia. Curah hujan tak menentu bikin musim tanam sulit diprediksi. Bahkan, fenomena ini terkadang membuat hujan turun terlalu deras. Alhasil, banjir terjadi. Terkadang, hujan tak kunjung turun sama sekali sehingga memicu kekeringan panjang. 

Salah satu cara paling efektif untuk menghadapi krisis iklim, berdasarkan kutipan dari Greenpeace, yakni mengubah cara bertani itu sendiri. Petani Indonesia perlu mulai mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan dan organik yang lebih ramah lingkungan.

Kendati begitu, transisi menuju pertanian berkelanjutan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sidi menyatakan adanya tantangan investasi untuk melakukan pertanian berkelanjutan. 

“Hambatan akses modal menjadi tantangan utama karena skala usaha kecil sering dianggap berisiko tinggi oleh perbankan dan investor konvensional,” kata Sidi.

Di sisi lain, keterbatasan pengetahuan teknis juga membuat praktik berkelanjutan sulit diterapkan secara konsisten. Sidi mengutarakan bahwa hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang teknik pertanian organik, agroforestri, dan pemasaran hijau di level komunitas. 

Lebih jauh lagi, rantai pasar yang lemah menjadi tantangan lain yang kerap dirasakan petani. Hanya sedikit pasar yang bersedia membayar harga lebih tinggi untuk produk pertanian berkelanjutan, padahal di sanalah nilai tambah sebenarnya berada.

“Terbatasnya akses pasar yang menghargai produk berkelanjutan dengan harga premium,” tegasnya.

Ketidakpastian hasil juga menjadi ujian tersendiri bagi para petani. Masa transisi dari sistem pertanian konvensional menuju praktik berkelanjutan kerap membuat hasil panen menurun dalam jangka pendek.

Di tengah segala tekanan dan ketidakpastian yang dihadapi petani, muncul kebutuhan akan solusi nyata yang mampu menyeimbangkan keberlanjutan alam dan produktivitas pertanian. Inilah ruang di mana GEF SGP mulai memainkan perannya. 

Katalisator Pertanian Berkelanjutan

Sebagai salah satu katalis dalam mendorong investasi pertanian berkelanjutan, GEF SGP Indonesia mendukung petani Indonesia. Program ini memanfaatkan berbagai strategi, mulai dari memberikan pendanaan awal hingga membangun kemitraan lintas sektor. 

“Peran ini berfokus pada pendekatan berbasis komunitas dan inovasi lokal untuk mencapai keberlanjutan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan petani,” kata Sidi. 

Selain itu, Prof. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta, MS, Menteri Lingkungan Hidup juga mengutarakan bahwa GEF SGP Indonesia mampu mentransformasi mitra menjadi inisiatif lokal yang berkelanjutan. Program ini tentunya ditujukan untuk mengembangkan gerakan global penyelamatan lingkungan. 

Lebih jauh, Sidi juga mencatat bahwa sejak awal kiprahnya, GEF SGP Indonesia telah melaksanakan tujuh fase kegiatan dari tahun ke tahun, dalam Three Decades of Local Action for People and Planet. 

Maka dari itu, dengan dukungan GEF SGP Indonesia, praktik pertanian berkelanjutan kini semakin bisa diwujudkan di tingkat lokal. Langkah-langkah kecil ini menjadi harapan nyata bagi masa depan pertanian dan lingkungan yang seimbang. 

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak