Mengompos: Healing Buat Manusia Yang Patah Hati, Healing Buat Bumi

Bimo Aria Fundrika | Tika Maya Sari
Mengompos: Healing Buat Manusia Yang Patah Hati, Healing Buat Bumi
Ilustrasi Mengompos (Pixabay/melGreenFR)

Keberadaan pupuk kimia yang tersebar seantero dunia, ternyata nggak hanya bagus demi keberhasilan panen, tetapi memiliki efek negatif untuk lingkungan.

Baik pupuk padat maupun cair, terkadang ikut mencemari tanah, air, hingga membunuh mikroba yang seharusnya baik untuk tanah. Situasi yang terus repetitif inilah yang turut memelopori pencemaran lingkungan dan turut menyumbang kerusakan bumi.

Oleh sebab itulah, kompos dipercaya sebagai solusi eksekusi dari problematika pupuk itu sendiri.

Apa Sih Kompos Itu?

Pupuk Kompos (Unsplash.com/Neslihan Gunaydin)
Pupuk Kompos (Unsplash.com/Neslihan Gunaydin)

Kompos sejatinya adalah pupuk yang berasal dari pembusukan bahan-bahan organik, bisa sisa-sisa tanaman, atau kotoran hewan. Pupuk ini dinilai bagus untuk tanah karena memperbaiki strukturnya yang kacau setelah pemakaian pupuk kimia, menyuburkan tanah dengan zat haranya, bagus untuk perkembangan tanaman, hingga turut andil dalam peresapan air tanah.

Plusnya lagi, kompos nggak akan menimbulkan efek samping seandainya digunakan secara asal alias tanpa takaran. Referensinya dari mana? Tentu dari keseharianku yang ngawur dalam menaburkan kompos ke tanaman-tanaman cabai Ibu. Nggak seperti pupuk kimia yang harus berpatokan pada takaran tertentu.

Kompos: Healing Low Budget

Umumnya, healing selalu identik dengan liburan atau berwisata, atau sekadar ngemil kulineran. Walau ada beberapa orang yang healing-nya dengan rebahan dan main ke alam mimpi. Namun, kegiatan mengompos alias membuat kompos layak dicoba untu pengalaman healing yang lebih seru.

Menurut laman Ground World, kegiatan mengompos mampu meredakan stres, kecemasan, hingga depresi karena kegiatannya yang menyenangkan dan kembali ke alam. Mengompos dapat membantu kita bermediasi dan menjauhkan diri sementara dari hiruk pikuk kesibukan duniawi, serta mendalami kinerja alam dan manusia sebagai kesatuan mutlak.

Lewat mengompos, kita akan 'bersentuhan' dengan alam, sehingga menimbulkan rasa cinta dan kepemilikan untuk turut menjaga kelestarian alam. Ditambah lagi, proses pengomposan yang nggak instan karena memerlukan waktu tersendiri, juga turut menakar kesabaran kita lho. Paket komplit.

Kompos: Healing Buat Bumi Juga

Mengompos selain untuk kesehatan jiwa manusia juga sebagai healing untuk bumi. Dengan kesadaran mengompos, maka kita akan mulai memilah sampah, sehingga limbah-limbah organik nggak akan berakhir sia-sia di tempat sampah.

Limbah organik yang kebanyakan berasal dari rumah tangga memang kerap menimbulkan aroma nggak sedap begitu ada di tempat sampah. Pun, menghindari praktik pembakaran sampah, sehingga turut mencegah polusi.

Sekali lagi, kompos juga memiliki efek ajaib terhadap tanah dan tanaman-tanaman, sekalipun pemakaiannya ngawur tanpa takaran. Walau, harus digarisbawahi bahwa ada perbedaan hasil panen antara pupuk kimia dan kompos ya. Namun, setidaknya kita nggak harus mengorbankan tanah dan lingkungan demi mengejar hasil panen yang wah kan?

Gimana Cara Mendapatkan Kompos?

Kompos tentu dijual di toko-toko pertanian kalau kamu mau membeli. Namun, kalau kamu berminat membuat sendiri, tentu bakal lebih asyik.

Sejujurnya, bila mengikuti prosedur dari situs-situs hasil googling, aku sangat kebingungan. Namun, kalau memakai konsep dasar kompos sebagai hasil pembusukan bahan organik, maka diperlukan:

  • Bahan basah meliputi dedaunan basah, limbah dapur seperti sisa sayuran, kulit buah, atau buah yang busuk,
  • Bahan kering meliputi dedaunan kering, kertas, tisu, atau ranting kecil,
  • Tanah
  • Air, bisa air bersih, bisa air kolam. Gunanya untuk memberikan kelembapan,
  • Nasi basi, berguna untuk menumbuhkan mikroba pembusuk,
  • Wadah, bisa ember bekas, karung bekas, atau kamu bisa membeli compost bag. Terserah,
  • Kayu pengaduk, atau sekop kecil. Terserah juga.

Cara mengompos:

  • Susun saja bahan kering, bahan basah, tanah, air, dan nasi basi secara berselang seling.
  • Aduk setiap dua hari sekali, atau seminggu sekali. Hal ini berguna untuk memantau proses pembusukan kompos ya. Tapi kalau kamu cukup telaten, aduk setiap hari nggak masalah.

Dalam waktu sebulanan, kompos telah siap untuk digunakan sebagai pupuk. Memang masih ada bahan-bahan yang bertekstur kasar (umumnya dedaunan kering), tetapi aromanya sudah mirip tanah basah.

Meskipun dalam praktiknya, aku kerap membutuhkan waktu lebih dari sebulan karena bahan basah dan keringku nggak imbang, yang menyebabkan kompos masih bertekstur lengket, dan beraroma busuk. Kalau sudah begini, kutambahkan tanah, dedaunan kering, hingga serbuk kayu. Tapi opsional ya.

Mengompos memang memerlukan kesabaran dan waktu yang agak lama. Namun, lewat kegiatan mengompos, kita nggak hanya sembuh dari stres dan penyakit mental saja, melainkan memberikan dampak positif buat bumi. Lewat mengompos, kita akan merasakan hubungan alam dan manusia yang nggak akan terpisahkan, karena Janma Manusia adalah salah satu unsur alam yang memiliki hati nurani dan cinta kasih.

Dengan mengompos, kita nggak hanya berusaha mengobati batin, tetapi juga berusaha mengobati bumi. Sekian.

Salam dariku, yang baru saja panen kompos dua minggu yang lalu.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak