Ketika Musang Luwak Jadi Penyeimbang Ekosistem Hutan, Bagaimana Sumbangsihnya?

Bimo Aria Fundrika
Ketika Musang Luwak Jadi Penyeimbang Ekosistem Hutan, Bagaimana Sumbangsihnya?
Ilustrasi musang luwak (Pixabay)

Musang luwak atau Paradoxurus hermaphroditus seringkali diingat sebagai hewan penghasil kopi luwak yang mendunia.

Namun, di balik citra itu, hewan kecil ini ternyata menyimpan keunikan lain yang jarang diketahui: tubuhnya mampu mengeluarkan aroma harum menyerupai pandan. Aroma alami ini bahkan menjadi bahan dasar parfum di beberapa negara.

Menurut Dr. Abdul Haris Mustari, pakar ekologi satwa liar dari IPB University, musang memiliki kelenjar khusus di bagian bawah perut dan pangkal ekor yang menghasilkan bau harum.

“Musang bahkan membantu memecahkan dormansi benih dari buah palem, seperti enau dan pinang hutan, serta banyak jenis tumbuhan lainnya, sehingga dapat berkecambah lebih baik,” ujarnya. Bau harum ini bukan hanya wangi, tapi juga berfungsi sebagai alat komunikasi, penanda wilayah, hingga sistem pertahanan diri dari predator.

Sejumlah anggota komunitas Musang Lovers Indonesia tampil membawa hewan peliharaannya pada ajang Car Free Day (CFD) di Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta, Minggu (12/4/2015). [Suara.com/Oke Atmaja]
Sejumlah anggota komunitas Musang Lovers Indonesia tampil membawa hewan peliharaannya pada ajang Car Free Day (CFD) di Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta, Minggu (12/4/2015). [Suara.com/Oke Atmaja]

Lebih dari itu, musang punya peran penting bagi ekosistem. Saat memakan buah, biji yang mereka keluarkan melalui kotoran ikut membantu regenerasi hutan.

Jenis biji seperti enau dan pinang hutan bahkan lebih mudah berkecambah setelah melewati saluran pencernaan musang. Kehadiran musang dengan demikian menjadikan mereka “petani kecil” yang menjaga kelestarian hutan secara alami.

Sayangnya, populasi musang kian menurun akibat deforestasi, perburuan, dan perdagangan liar. Di beberapa daerah, musang justru dianggap hama ternak dan diburu, padahal manfaat ekologisnya jauh lebih besar daripada kerugian yang dituduhkan. Jika populasinya terus menyusut, dampaknya bisa mengganggu keseimbangan ekosistem: regenerasi hutan melambat dan hama semakin sulit dikendalikan.

“Musang luwak adalah bagian dari kekayaan hayati Indonesia. Kalau populasinya terus menurun, kita akan kehilangan salah satu penyeimbang penting ekosistem,” kata Dr. Haris.

Dengan melindungi musang, bukan hanya satu spesies yang lestari, melainkan juga keberlangsungan hutan dan kehidupan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak