Menebar Cahaya dari Kalam Ilahi: Komunitas Sahabat Al-Qur'an Tumbuh Bersama Ayat dan Amal

Bimo Aria Fundrika
Menebar Cahaya dari Kalam Ilahi: Komunitas Sahabat Al-Qur'an Tumbuh Bersama Ayat dan Amal
ucapan nuzulul quran 2025 (Freepik)

"Sesungguhnya Al-Qur’an adalah cahaya bagi hati yang gelap.”

Itu adalah kalimat yang menjadi pegangan bagi para perempuan hebat yang kini bersama-sama membangun komunitas Sahabat Al-Qur'an. Sebuah komunitas keagamaan yang lahir dari kerinduan untuk hidup berdampingan dengan Kalamullah.

Lima tahun telah berlalu sejak komunitas ini berdiri, namun semangat para anggotanya tak pernah padam menghidupkan Al-Qur'an dalam keseharian, bukan sekadar lewat hafalan, tetapi juga lewat pemahaman dan pengamalan.

“Komunitas ini berawal dari kegiatan sederhana menyambut bulan suci Ramadhan. Karena kami ingin setiap Ramadhan itu selalu lebih bermakna dan menjadi momentum untuk lebih dekat dengan Al-Qur'an,” ujar Ramadini salah satu pengurus dari Sahabat Al-Qur’an.

Ilustrasi Al-Quran - Arti Mimpi Dikasih Al-Quran oleh Seseorang (Unsplash)
Ilustrasi Al-Quran - Arti Mimpi Dikasih Al-Quran oleh Seseorang (Unsplash)

Usai Ramadhan, semangat itu tak surut. Para anggota merasa bahwa hubungan dengan Al-Qur'an harus dijaga setiap hari.

Dari situlah Sahabat Al-Qur’an resmi berdiri dan kini telah berjalan menjadi ruang bagi perempuan dari berbagai latar belakang untuk tumbuh bersama dalam keimanan.

Setiap harinya, para anggota mengikuti program sembilan minggu tanpa libur, berisi kegiatan membaca, menyetorkan hafalan (tahfiz), memperbaiki bacaan (tahsin), hingga merenungkan makna ayat (tadabbur).

Semua dijalankan secara disiplin dengan sistem peer-to-peer, di mana anggota saling menyimak, berpendapat, dan memotivasi satu sama lain.

“Yang membuat kami istimewa adalah semangat saling dukungnya, nggak ada yang merasa lebih tinggi, semua belajar bersama dengan hati yang sama-sama ingin dekat dengan Allah.” ujar Ramadini

Selain program mengaji, komunitas ini juga membangun ruang reflektif seperti grup parenting Islami dan kajian sirah Nabi Muhammad SAW.

Dalam grup parenting, para anggota membaca buku pengasuhan Islami secara kolektif, lalu berdiskusi untuk menerapkannya dalam kehidupan keluarga. “Kami ingin nilai Al-Qur'an terasa dalam pola asuh, dalam cara bicara ke anak, dalam rutinitas sehari-hari,” ujarnya.

Hasilnya tak hanya spiritual, tetapi juga emosional. Banyak anggota mengaku merasa lebih tenang dan seimbang setelah bergabung. “Kalau sehari aja nggak setor hafalan, rasanya kayak kehilangan arah, disini ngaji bareng teman-teman bikin hati lebih adem,” ujar Ririn salah satu anggota aktif.

Selama perjalanannya, Sahabat Al-Qur'an juga menorehkan karya nyata. Pada 2022, mereka menerbitkan buku refleksi berjudul "Dekat, Lekat" hasil kolaborasi para anggota yang menulis, mendesain, dan menjual buku itu secara mandiri.

Tanpa sponsor besar, buku tersebut berhasil terjual lebih dari 500 eksemplar. Selama perjalanannya juga komunitas Sahabat Al-Qur'an pun aktif berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti The Lady Book dalam kegiatan membaca sirah Nabi, serta Nahla Circle dalam penyusunan booklet refleksi surat-surat pendek seperti Al-Fatihah dan An-Nas.

Kini, Sahabat Al-Qur'an melangkah dengan visi besar “Satu Rumah, Satu Hafizah.” Harapan mereka sederhana namun bermakna, mereka ingin agar setiap keluarga memiliki seseorang yang akrab dengan Al-Qur'an, tidak hanya dalam hafalan, tapi juga dalam perilaku dan keteladanan.

“Ukuran keberhasilan kami bukan banyaknya hafalan, tapi seberapa dalam Al-Qur’an hidup di hati dan tercermin dalam perbuatan.” ujar Ramadini.  

Penulis: Miuhammad Ryan Sabiti

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak