Terperangkap di Alam Lain

Munirah | Rico Andreano
Terperangkap di Alam Lain
Ilustrasi kota hantu, kota gaib. (Pixabay)

Johan, Joni, Rita, Rina, dan Farid berlibur berpetualang di hutan kota. Mereka berlibur selama seminggu, mengisi waktu liburan sekolah. Berbagai peralatan berpetualang telah mereka siapkan, seperti ransel, tenda, peralatan makan, pakaian ganti, jaket, kayu bakar, stok makanan, dan lain-lain. Johan ditunjuk sebagai ketua tim dalam petualangan di hutan kota.

Mereka berempat telah mendapatkan pengarahan di rumah Johan tentang teknis pelaksanaan petualangan di hutan kota. Mengingat Johan sudah memiliki pengalaman dalam berpetualang di alam bebas, sehingga teman-temannya sudah menganggap cocok Johan sebagai ketua tim.

Siang itu dengan menyewa mobil wisata, mereka berlima berangkat menuju hutan kota, sebelumnya mereka telah mendapatkan izin dari orang tua masing-masing untuk berangkat berpetualang di hutan kota. Jarak yang ditempuh menuju hutan kota lumayan jauh, sekitar 15 kilometer.

Akhirnya mereka tiba di hutan kota. Mereka bergegas turun dari mobil dan menurunkan seluruh peralatan berpetualang. Tak lama kemudian mobil wisata meninggalkan mereka. Mereka sangat takjub dengan pemandangan hutan yang sangat indah. Mereka berjalan menyusuri hutan sembari mencari tempat untuk beristirahat.

”Wow, pemandangannya indah banget Han, baru kali ini kita berada di sini”, ujar Rina.

”Iya Rin, aku juga baru pertama kali ke sini, suasananya sejuk banget”, ujar Rita.

”Iya aku juga sama, baru pertama kali di sini, hawanya seger banget, pas banget nih untuk berpetualang, kebetulan juga musim kemarau sekarang”, ujar Farid.

”Kalo Johan mah udah sering berpetualang, makanya dia cocok dah jadi bos kita”, ujar Joni.

”Kita nggak salah nih milih ketua tim”, ujar Rina.

”Iya dong, kalo yang udah pengalaman memang biasanya sih jadi ketua tim buat ngarahin yang baru ikut petualangan, teman-teman, kita sambil cari tempat untuk gelar tenda yuk”, ujar Johan.

”Boleh juga tuh Han, ayo kita nikmatin dulu pemandangan hutan ini, jarang-jarang kita bisa ke sini”, ujar Farid.

Mereka terus berjalan menyusuri hutan dan mereka tampak menikmati sekali pemandangan hutan. Akhirnya mereka berhasil mencari tempat untuk menggelar tenda.

Johan berkata kepada teman-temannya,”Teman-teman, gimana kalo kita gelar tenda di sini aja gimana ?

”Boleh-boleh kita juga udah capek nih”, ujar Rina.

”Sama aku juga nih”, ujar Farid.

”Aku juga”, ujar Joni.

”Yaudah kita istirahat dulu bentar sambil lemesin badan, ntar abis itu kita langsung gelar tenda sama jangan lupa siapin kayu bakarnya buat api unggun ntar malam, di sini semuanya harus kerja, nggak ada yang nggak kerja”, ujar Johan.

”Oke Han, siap”, ujar Farid.

Tak lama setelah beristirahat, mereka menggelar tenda dan menyiapkan kayu bakar untuk membuat api unggun. Mereka tampak kompak bekerjasama dan saling membantu satu sama lain. Tidak ada satupun yang tidak kerja.

”Akhirnya tendanya udah jadi juga”, ujar Farid.

”Teman-teman, kita masukkin barang-barang kita ke dalam tenda yuk”, ujar Johan.

”Ayo ayo ayo”, ujar Joni.

Setelah mereka memasukkan barang-barang mereka, mereka pun beristirahat di dalam tenda.

”Ayo teman-teman kita langsung tidur, kita sudah capek banget”, ujar Johan.

Waktu menunjukkan jam 18.30 dan mereka bangun tidur untuk segera bergegas membuat api unggun.

”Daun-daun kering sama jeraminya taruh di atas kayu bakar sama langsung nyalain korek api”, ujar Johan.

”Yeaaayy, akhirnya jadi juga api unggunnya, lumayan buat penghangat badan nih”, ujar Farid.

”Han, kita berdua mau ijin ke kamar mandi dulu”, ujar Rina.

”Apa kalian yakin mau ke kamar mandi sekarang, soalnya di sini juga aku nggak tau lokasi kamar mandinya ?”, tanya Johan.

”Kita sambil nyari-nyari kamar mandi”, ujar Rita.

”Biar aku aja yang nemenin kalian, biar kalian nggak tersesat”, ujar Johan.

”Oke Han”, ujar Rina.

”Farid sama Joni, kalian berdua jagain tendanya, sama kalo kalian mau makan ambil aja di dalam tenda, stok makanan ada di dekat tasku”, ujar Johan.

”Oke Han”, ujar Joni dan Farid.

Johan, Rina, dan Rita berjalan menyusuri hutan mencari kamar mandi dengan penerangan senter. Mereka bertiga berjalan dengan hati-hati, mengingat suasana hutan yang sangat gelap dan dingin. Dengan ditemani suara jangkrik pemecah keheningan malam dan lolongan anjing yang saling bersahutan. Akhirnya mereka melihat ada sebuah bilik kecil yang bertuliskan WC.

”Akhirnya ketemu juga kamar mandinya, yaudah kalian ke kamar mandi dulu, biar aku yang jaga di sini”, ujar Johan.

”Oke Han”, ujar Rita.

Tak lama setelah Rina dan Rita keluar dari kamar mandi, Johan mengajak mereka untuk kembali ke tenda.

”Kalian berdua berada di belakangku, pokoknya kalian ikutin aku aja, jangan sampai berpencar”

Rina dan Rita menjawab, ”Oke Han siap”.

Mereka bertiga berjalan kembali menuju tenda. Dengan berhati-hati mereka berjalan menuju tenda.

”Udah nyampe tenda apa belum Han ?”, tanya Rina.

”Tuh sudah mau nyampe tenda, kira-kira 100 meter sih”, ujar Johan.

Tiba-tiba saja Rina dan Rita tersedot di alam lain dan Johan pun kaget saat di belakangnya tidak ada Rina dan Rita.

”Lho kok Rina sama Rita nggak ada, perasaan tadi ngikutin aku dari belakang deh, aduh gimana nih aku jadi khawatir sama mereka berdua, takutnya kalo mereka ada apa-apa, aduh mesti ngomong gimana ya sama Farid sama Joni, tapi tadi nggak ada suara minta tolong, Rin, Rina, Rit, Rita, kalian di mana posisinya ?”, ujar Johan.

****

”Tolooooooong, Han, kita tersesat”, ujar Rina.

”Tadi kita ngikutin Han deh dari belakang, kita di mana nih Rin ? kok kita bisa sampe sini, ini di alam mana ya ? lihat tuh suasana keramaiannya, wajahnya serem-serem Rin, ini kota apa ya ?”, ujar Rita.

”Aduh aku nggak juga nggak tau Rit, kok ada yang makan cacing juga, mana juga wajahnya hancur-hancur, tapi untunglah mereka nggak lihat kita juga”, ujar Rina.

”Toloooooooong, toloooooooong, Han, tolooooong, Han tolong kita, kita tersesat, uajr Rita.

”Hiiiii, jijik banget coba kamu lihat Rin, itu ada pasar yang jajain organ tubuh, kayak jantung, otak, darah, cacing, usus, mana baunya amis lagi, nggak tahan lihatnya, mau muntah rasanya”, ujar Rina.

”Iya Rin, kita mau keluar aja dari tempat ini, tapi kayaknya nggak mungkin, tau-tau aja pas ngikutin Johan, kita kesedot masuk ke alam lain.

”Ini jangan-jangan kota setan nih, hiiiiiii sereeeeeem”, ujar Rita.

****

”Hah, apa benar Han Rina sama Rita ­tau-tau hilang ?”, tanya Joni.

”Iya beneran, pas jarak 100 meter mau ke tenda, aku noleh ke belakang, Rina sama Rita menghilang gitu aja”, ujar Johan.

”Kita harus gimana nih, mereka berdua juga perempuan, kita jadi khawatir kalo mereka kenapa-kenapa, apalagi mereka juga nggak tau rute kembali ke tenda”, ujar Farid.

”Aku juga bingung nih Rid, yaudah gini aja, besok pagi kita cari Rina sama Rita, kalo malam ini nggak mungkin soalnya hawanya dingin banget mana berkabut juga”, ujar Johan.

Keesokan paginya, Johan, Joni, dan Farid mencari keberadaan Rina dan Rita yang menghilang semalam dengan menyusuri hutan. Mereka memanggil-manggil Rina dan Rita.

”Rin, Rinaaaaaaa, Rit, Ritaaaaaa, kalian di mana ? ini aku Johan”, ujar Johan.

”Rinaaaa, Ritaaa, Rinaaa, Ritaaa” , ujar Joni dan Farid.

”Kita cari mereka terus sampai ketemu !”, seru Johan.

****

”Aduh gimana nih Rin ? udah nggak tahan lagi sama bau amisnya, sama suasana keramaian yang serem, kita juga belum makan nih berhari-hari”, ujar Rita.

”Sama Rit, aku juga udah lemes nih badan, udah gak kuat lagi nih”, ujar Rina.

”Semoga aja Rin kita dapat keajaiban bisa keluar dari alam ini”, ujar Rita.

”Ya semoga aja Rit”, ujar Rina.

****

Joham, Joni, dan Farid masih terus mencari keberadaan Rina dan Rita selama empat hari lamanya. Mereka bertiga mencari Rina dan Rita dari pagi hingga malam, bahkan mereka sampai tidak tidur semalam demi mencari Rina dan Rita. Johan sebagai ketua tim merasa bersalah atas hilangnya kedua temannya. Malam itu mereka berbincang-bincang di depan membicarakan kedua temannya yang masih hilang.

”Aku jadi merasa bersalah nih teman-teman”, ujar Johan.

”Udahlah Han, kamu gak perlu merasa bersalah, ini semua tanggung jawab kita semua kok”, ujar Farid.

”Iya sih, tapi sebagai ketua tim aku juga harus bertanggungjawab atas keselamatan teman-teman”, ujar Johan.

”Kita semua juga saling bertanggungjawab atas keselamatan diri masing-masing”, ujar Joni.

”Kita juga jadi khawatir sama mereka berdua, berhari-hari mereka masih belum ketemu juga”, ujar Johan.

”Semoga aja mereka berdua dalam kondisi selamat dan bisa kembali ke tenda”, ujar Farid.

”Aamiin Rid”, ujar Johan.

Tiba-tiba saat mereka berbincang-bincang di depan tenda, mereka mendengar suara perempuan minta tolong

(Tolong, tolong, tolong, Han, tolong kami)

”Eh bentar-bentar, itu kan suaranya Rina”, ujar Farid.

”Iya Rid betul, itu suaranya Rina, ayo kita ke sumber suara itu”, ujar Johan.

”Oke Han”, ujar Joni.

Mereka bergegas menuju sumber suara perempuan minta tolong, tak lama kemudian, tiba-tiba dari sorot senter muncul dua orang perempuan yang sedang duduk terkulai lemas. Mereka terkejut bahwa dua orang perempuan tersebut adalah Rina dan Rita.

”Ini kalian Rina sama Rita kan ?”, tanya Johan.

Dengan suara lirih, Rina dan Rita berkata”, iya ini kami, Rina sama Rita.

”Kalian kemana aja sih ? bikin kita bertiga khawatir aja, berhari-hari lo kita nyariin kalian”, ujar Joni.

”Ceritanya panjang banget Jon, ntar biar kita cerita di tenda aja”, ujar Rita.

”Farid kamu tolong bopong Rina ke tenda, biar aku yang bopong Rita ke tenda, kita langsung ke tenda aja”, ujar Johan.

Setibanya di tenda Rina menceritakan kejadian aneh yang dia alami bersama Rita.

”Jadi gini temen-temen, pas aku sama Rita abis dari kamar mandi menuju pulang ke tenda, tiba-tiba aja kita berdua kayak kesedot masuk ke alam lain, kayak masuk ke kota setan gitu, suasananya serem, wajahnya hancur-hancur, ada juga tuh mirip pasar yang jajain jantung, ginjal, usus, sama darah, hiii pokonya serem deh kalo ngebayangin”, ujar Rina.

”Serem juga ya Rin”, ujar Joni.

”Ini pelajaran buat kita semua agar kita bisa menjaga sopan santun kita dan etika, karena kita nggak tau kalo di hutan juga ternyata ada penunggunya”, ujar Johan.

”Syukurlah kalian kembali dengan selamat, kalian habisin tuh makannya”, ujar Farid.

Akhirnya Rina dan Rita kembali bersama teman-temannya dalam kondisi selamat dan bisa berkumpul kembali.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak