Senyummu menyayat rinduku
Batinku terpaut di binar matamu yang semakin sayu
Gelisah jiwaku menggantung di molek tubuhmu
Pesonamu menggoncang hakikat kedirianku
Deru nafasmu menyulut kuncup seleraku
Tak bisa kutahan lagi degupan di sekujur nadiku
Tak bisa kulawan letupan birahi di segenap uratku
Tak Ingin berhenti dalam terjangan ombak hasrat jasmaniku
Detik-detik yang menyiksa menahan gemuruh rasaku
Di setiap derap waktu menunggu begitu jemu
Menanti waktu terakhir, bersua dengan kekasihku
Segera kusibak rambutmu
Ketoreh kecupan merah di keningmu
Sebagai tanda terimakasih ku
Kepadamu kekasihku
Yang mau dan rela temani aku dalam lautan pilu
Tenggelam bersama dalam tebalnya kabut sendu
Di setiap lembaran kisah suram samar nan kelabu
Kau masih saja berdiri, tegar bersama kala aku porak poranda tak menentu
Bagaimana kau bisa tetap yakin, sementara diriku saja begitu ragu
Tetap Saja kau melangkah bersama walau tajamnya kerikil[kerikil membuat ngilu
Kau masih saja merengkuhku, walau aku dalam tergenang dalam haru
Saat aku terseok ingin teriak dan menyeru
Entah bagaimana bisa kucari lagi sesosok wanita sepertimu
Yang setia dalam setiap keluh kesah dan liku liku, engkau tetap saja tak mau menggerutu
Entah di mana lagi bisa kutemu, sosok perempuan hebat di balik sahaja laku
Di dalam tangisku kaugenggam jemariku, di hati kita melebam membujur kaku
Itulah yang menjadi alasan , kau tinggal di hatiku
- Nata Christofa, Juli 2021 -