Afghanistan sungguh malang nasibmu dalam balutan perang yang tak pernah usai. Sungguh nasib kemelaratan kian menghadang sepanjang perang dua puluh tahun lamanya. Perang demi perang bertabur jutaan bom yang dilontarkan di seantero negeri tersebut. Bayang-bayang kemiskinan dan ketakutan yang teramat hebat sungguh mencekik negara Afghanistan.
Saling membunuh sesama anak manusia yang tak tahu apa-apa. Sungguh polos hatinya rakyat Afghanistan yang telah berguguran satu persatu menjadi korban perang. Sungguh kebiadaban pihak-pihak yang berperang tanpa ada sifat perikemanusiaan.
Berjuta-juta desingan peluru dimuntahkan dalam perang yang terus bergejolak di Afghanistan. Wanita-wanita Afghanistan banyak yang disiksa hanya karena bekerja membantu ekonomi keluarga. Tak sedikit wanita menjadi korban keganasan para ekstrimis.
Sungguh duka pilu yang teramat menyiksa jutaan bahkan miliaran jagad dunia. Seakan dunia tiada berdaya menghentikan perang di Afghanistan. Dunia bungkam seribu bahasa saat menatap sebuah kebengisan yang terjadi di Afghanistan.
Suara-suara negara adikuasa dan adidaya tampak tak berdengung dimana-mana. Mereka yang katanya sebagai polisi dunia untuk menjaga ketertiban dan ketentraman seluruh dunia. Namun jargon ketertiban dunia hanya sebuah bualan semata.
Jutaan rakyat pergi meninggalkan dalam kondisi memprihatinkan atas gejolak konflik yang belum mereda. Mereka sangat berharap uluran tangan dari dermawan dunia yang tulus ikhlas membantu mereka.
Menanti angin segar kedamaian yang berhembus di Afghanistan. Merindukan kembali saat rakyat Afghanistan hidup penuh kedamaian dan bisa hidup sedia kala. Anak-anak Afghanistan bisa tersenyum kembali dengan keceriaan mereka.