Aku tahu dan aku mengerti ketika kau berkata bahwasanya cinta terlalu suci; untuk sekedar dimiliki dan memiliki.
Aku pun paham betul akan perkataan dan keyakinanmu itu terhadap cinta: bahwasanya memang cinta itu terlalu murni, dan teramat suci apabila hanya untuk memiliki.
Tetapi di samping itu, kau pun harus tetap ingat, bahwasanya waktu pun berjalan dengan sangat cepat: untuk merelakannya pergi, dan membuat semuanya menjadi benar-benar terlambat.
Wahai kawanku...
Ketahuilah, bahwasanya cinta memang milik mereka yang berhati tulus dan setia.
Namun di lain sisi, cinta adalah milik mereka yang berjiwa berani: berani untuk berjuang, bertindak, dan berani untuk dapat menerima segala penolakan.
Sebab cinta tidak hanya menuntut ketulusan dan kesetiaan, melainkan pula keberanian.
Bukankah pada mulanya, keberanianlah yang membuatmu memilih dia?
Wahai kawanku...
Kau pun harus tahu bahwasanya tak ada satupun makhluk di semesta raya ini yang sanggup hidup tanpa kehadiran sang cinta.
Sebab tanpa kehadiran sang cinta, seluruh jagat buana ini pun hanya akan menjadi hampa.
Dan kita, hanya akan menjadi debu-debu yang bertebaran dengan sia-sia.
Wahai kawanku...
Saat ini dengarkanlah aku; dan segeralah kau hampiri dia sebelum kesepian menghampiri jiwamu lebih dulu.
Dan dirimu yang ku tahu, merupakan lelaki yang berani; tak semestinya bila kau mengurungkan niat untuk mengungkapkan isi hati.
Wahai kawanku...
Dari relung hatiku yang paling dalam, ku sampaikan risalah ini kepadamu tanpa maksud untuk menggurui kehidupan cintamu.
Akan tetapi sebagai sahabatmu, izinkanlah aku untuk selalu mengingatkan kekeliruanmu:
Agar dirimu kembali ke jalan yang telah dikehendaki oleh kemurnian hati.
Wahai kawanku...
Terakhir yang ingin ku sampaikan kepadamu adalah: bahwa perempuan yang kau cintai dan kau puji itu sungguh amat beruntung, karena ia begitu dicintai oleh seorang lelaki yang sama sekali tak berhasrat untuk memiliki. Tetapi ku katakan padamu bahwa perempuan yang kau cintai dan kau puja pun sungguh amat kasihan, karena ia dicintai oleh seorang lelaki yang tak memiliki rasa berani.
Barangkali ia pun menunggu cintamu dengan penuh harap, dan dengan gelisah berharap dirimu datang dengan mengatakan cinta kepadanya.
Wahai kawanku...
Cintamu kepadanya memanglah murni, tetapi kemurnian hatimu itu kurang berarti apabila kau takut melangkah menginjak duri.
Kawanku...
Aku tak menasehatimu untuk mendapatkan hatinya, melainkan menasehatimu agar kau mengikat cinta di hatinya.
Kawanku...
Aku berkata seperti ini kepadamu karena aku tahu; rasanya merelakan seseorang pergi, tanpa sempat ku ungkapkan isi hati...
Bogor, 30 Agustus 2021.