Tangisan Kekasihku

Tri Apriyani | Fachry
Tangisan Kekasihku
Ilustrasi air mata (flickr.com)

Kekasihku, ketahuilah:
Bahwasanya tiada satu orang pun di dunia ini yang bersedia berjalan untuk menemui kesedihan; ataupun kepahitan.
Akan tetapi, ketika kau telah memutuskan untuk memulai perjalanan, kesedihanlah yang akan menemanimu dan membimbingmu agar engkau menjadi pribadi yang lebih kuat;
Ketika derita kehidupan sanggup memaksamu untuk menitikkan air mata.

Kekasihku, ketahuilah:
Bahwasanya kesedihan itu adalah air yang membersihkan jiwamu;
Kemurniannya bagaikan embun-embun di halaman perasaan yang menyejukkan rerumputan,
Sebelum terik kehidupan menariknya kembali menjadi uap yang bersatu dengan awan.

Kekasihku...
Aku tahu,
Taman-taman di jiwamu itu amatlah indah nan elok:
Namun tak semestinya bila engkau menyiram bebungaanmu hanya dengan butiran canda dan tawamu saja; imbangilah yang satunya dengan air mata, asal jangan sekalipun engkau menyiraminya dengan butiran-butiran putus asa.
Karena kekasihku, seperti yang kau tahu,
Dunia ini indah karena keseimbangannya;
Namun begitu, dunia tak menyediakan satu ruangan pun untuk tempat bernaungnya keputusasaan.

Akan tetapi, kekasihku...
Bukan tak mungkin keputusasaan itu tak ada di dalam jiwa-jiwa manusia:
Dan ketika engkau mulai merasakan kehadirannya, janganlah engkau berlari kepada dunia; tetapi jangan pula kau meninggalkannya.

Jika engkau mulai merasakan keputusasaan,
Mulailah bergegas menuju pangkuan Sang Kuasa;
Namun begitu, janganlah engkau mengecewakan Ia dengan pergi meninggalkan-Nya ketika engkau telah terbebas dari lara:
Tetaplah mengingat-Nya dan mengunjungi-Nya yang bersemayam dan mendekam di dalam jiwa.

Kekasihku...
Andai kau pun mau tahu,
Aku pun sebenarnya bersedia dan menerima segala rasa keputusasaanmu:
Dan biarkanlah seluruh tangisanmu itu memenuhi telaga di jiwaku;
Meskipun hujan air mataku,
Kadangkala menyunggingkan pelangi yang indah di bibirmu.

Kekasihku...
Nyanyikanlah padaku seluruh keresahanmu; niscaya aku siap mendengarkan segala keluh dan kesahmu.
Dan nyanyikanlah padaku seluruh melodi-melodi sepimu;
Niscaya akan ku hibur engkau dengan nada-nada penuh cinta.

Kekasihku,
Aku mencintaimu.
Namun kubiarkan seluruh hasrat-hasratku untuk menunggu hingga kau benar-benar tahu:
Bahwa sesungguhnya cinta tak pernah terburu-buru,
Dan cinta akan mengungkapkan sendiri perasannya tepat waktu.

Kekasihku...
Saat ini aku hanya ingin memberikanmu seuntai puisi;
Yang menyuratkan segala gundah di hati.
Aku harap,
Kau tak lagi bersedih;
Dan izinkanlah kata-kataku ini menghibur senyumanmu yang dulu pernah hancur.

Kekasihku,
Aku rindu...
Namun apa daya,
Kau bukanlah bagian daripada takdirku...

Bogor, 24 Agustus 2021.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak