Semakin cepat semakin mendekat akan petuah berakhirnya kehidupanku. Seakan ucapan selamat tinggal kepada dunia kian berseru kencang. Pasrah menunggu lambaian tangan malaikat maut. Yang semakin jelas ruh akan berpisah dari raga. Manusia tak ada daya menghadapi semuanya.
Hanya bersambut tangisan pilu yang mengiringi saat sakaratul maut. Dihembuskan isyarat kematian yang mencabut ruh dari ragaku. Tak berdaya tersungkur seakan menunggu dentang lonceng kematian.
Malaikat maut melambaikan tangan menjadi tanda berakhirnya hidupku. Hidup yang sudah tak abadi lagi di dunia. Hanya perbuatan baik di dunia yang menjadi temanku menuju alam keabadian.
Perlahan malaikat maut mencabut nyawaku dari ujung kaki. Perlahan hingga mencapai ujung tangan. Dan akhirnya mencapai ujung kepala. Terbata-bata aku melantunkan kalimat-kalimat suci asma-Nya.
Yang kian mendera akhir kehidupanku. Betapa tersiksa segenap raga. Hanya sanak famili yang menuntun lisanku mengucapkan asma-Nya sebagai kalimah terakhir tuk menghadap Sang Illahi.
Air mata membanjiri saat sakaratul maut yang kualami. Yang terasa sakit saat sanak famili melepas kepergian menuju kehadirat Illahi. Aku sudah tak kuasa menghadapi kematian.
Dalam waktu sekejap mataku terpejam selama-lamanya. Tak pernah membuka setitikpun menatap dunia. Hanya tangisan pilu para kerabat yang mengantarkanku menuju liang lahat.
Hanya berselimutkan kain kafan sebagai pakaian terakhir. Menyendiri dalam rumah keabadian setelah aku berpisah dari dunia yang fana adanya.