Senandung Hujan Mengundang Gairah Tawa

Tri Apriyani | Taufan Rizka Purnawan
Senandung Hujan Mengundang Gairah Tawa
ilustrasi hujan (pixabay).

Senandung hujan mengundang gairah tawa mengunci segenap tumpuan raga bergoyah tak pernah teguh. Teduh bernaung dalam griya berselubung kehangatan abadi yang menyerupai rupa-rupa naluri batin. Gairah tawa menyambut lautan langit senja menuju malam. Kala musim panas berganti mengubah rupa menjadi musim hujan. Jauh menepi diri dalam sandaran kursi terduduk tegak dengan sempurna.

Mandiri kehidupan yang dilampaui seluruh keyakinan. Lipatan-lipatan awan mendung gelap dalam bermandikan hujan lebat menemani rupa seluruh bumi. Ceruk girang hati mengubah kekakuan langkah tercerabut dari sandaran raga beruas-ruas tangga kehidupan. Ihwal semua isi hati yang telah tersingkap sepenuhnya berujar bertahta pada raga. Kiasan rasa kebesaran menatap ukiran permai muka bumi

Menancap dengan sempurna seluruh tangkapan tatapan rasa yang sepi tak ada lagi tanda-tanda nyawa bergerak. Hujan membasahi dunia menyambut sangat galak menambah ganasnya kesunyian dalam khusyuk bertapa suci. Riasan haluan mengantarkan berucap kerancuan yang sangat liar semakin tak ada kendali. Jiwa tersayang musababnya melampaui penat yang tertulis sangat lengkap.

Ihwal semua tawa manusia membujuk alam raya bergetar memecahkan jendela naluri kecil. Terputusnya seutas tali asmara hidup kian mengubah tatapan hidup seluruh makhluk berjibaku dalam alam tawa yang semakin terucap sangat keras. Ganasnya petir berdendang menghentakkan indera pendengaran semakin kacau mendengar sekitar berucap dimana-mana. Menjadi misteri kapan senandung hujan akan mengakhiri guyurannya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak