Nyawa terpasung gemuruh perang mencabut akar hayat segenap dunia. Seolah kata damai hanya imaji terkubur dalam pikiran semu. Bias kerancuan pada kedamaian yang menjadi harapan palsu semata. Tak ada berharap kedamaian nyata sangat meneduhkan palamarta dunia. Berucap pada kekekalan menuju amburadul dunia. Nyawa tak ada gunanya lagi terbentang di dunia.
Nyawa yang sangat murah tergadaikan demi nafsu angkara sang pemimpin. Perlawanan para oposisi yang keblinger menghasud nyawa rakyat dalam gemuruh perang. Angkara perang mengamuk berselubung muntahan peluru yang tak pernah habis. Muntahan peluru sangat menusuk nyawa dalam alam sekarat.
Genangan darah membanjiri hamparan tanah. Bau anyir menyengat dengan tajam menusuk hidung. Nyawa-nyawa terkapar tak sadar. Tak ada sentuhan manusiawi dalam gemuruh perang. Masuklah segenap jiwa-jiwa dirundung pilu berbaur kemelaratan menjadi sahabat bagi nyawa yang masih bertahan.
Meledaklah seluruh griya berpijak sangat teguh akibat hujaman bom-bom yang terus berdatangan. Tak kenal waktu pagi malam dan tak kenal ampun menghantam setiap griya yang dilalui. Banyak jiwa yang selamat melarikan diri menyelamatkan dari sergapan bom dan desing peluru saling bermuntahan. Tak tahu lagi kemana mereka pergi mengungsi.
Hanyalah perang sebagai pemuas nafsu politik pihak yang menyerukan perang. Perang hanya menjadi kiamat kecil bagi dunia yang semakin liar kendalinya. Seakan damai hanyalah kata semu yang tak pernah menghampiri berseru mengakhiri perang.