Kotak Suara Pencipta Penyamun

Munirah | Rico Andreano Fahreza
Kotak Suara Pencipta Penyamun
ilustrasi puisi (pixabay.com)

Di balik bilik suara yang menjadi arena penentu kekuasaan. Saling menyikut sana-sini demi ambisi kekuasaan. Arena perebutan kekuasaan semakin memanas dalam atraksi hiburan rakyat bernama kampanye. Politikus calon penyamun bersiap bertarung dengan lawannya. Menghantarkan rangkaian kalimah-kalimah tak guna berisi janji-janji semu.

Politikus berlomba-lomba menyihir simpati rakyat dalam mengemis suara. Suara rakyat yang terkumpul dalam kotak suara. Di balik bilik suara terdapat rakyat dengan keluguan nyata memilih calon penguasa.

Kumpulan gambar-gambar calon penyamun terpajang rapi pada kertas suara. Segala rupa senyum calon penyamun. Rakyat menjadi bingung memilih calon penguasa. Rakyat menggenggam dilema pada pilihannya.

Musabab janji-janji manis semu menjadi polesan tingkah kelicikan politikus. Hingga rakyat memilih penguasa dari para penyamun. Tak ada pilihan lain tuk memilih calon penguasa yang bersih. Tak tersisa sedikitpun gambar calon penguasa yang berhati malaikat.

Penguasa yang dikuasai kendali iblis tersemat gelar penyamun menggenggam suatu negeri. Dengan kelicikan yang menjadi amunisi menjadi penguasa. Tanpa kenal dosa dan bersalah dengan bangganya sang penyamun menjadi penguasa. Terbentang luas rakyat yang menjerit dalam kesakitan raga terkapar dalam kemelaratan.

Ceruk rupa keriuhan demokrasi yang menjadi sakral begitu dipuja-puja. Nelangsa para jelata bergemuruh segenap negeri. Demokrasi menjadi polesan segala kebobrokan tirani kecil dalam jubah kebebasan rakyat. Lenyapnya nurani penguasa dalam tameng demokrasi yang menghantarkan rasuah.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak