Belajar Kearifan Hidup dari Buku Puisi Siapa Mau Jadi Presiden?

Hikmawan Firdaus | Untung Wahyudi
Belajar Kearifan Hidup dari Buku Puisi Siapa Mau Jadi Presiden?
Buku Siapa Mau Jadi Presiden? (dok.pribadi/wahyudiuntung)

Karya sastra diyakini sebagai karya yang mampu membuat hati dan perasaan menjadi lembut dan dirayapi rasa kasih dan cinta yang begitu mendalam. Sastra juga mampu menggugah orang lain untuk terinspirasi dari segala macam kejadian yang ada di sekitar. Selama ini, banyak sastrawan atau penulis yang melahirkan karya-karyanya dari hasil pengamatan dan pengalamannya menjalani hidup.

Abdurrahman Faiz, yang akrab dipanggil Faiz, adalah seorang penyair muda yang banyak mendapatkan penghargaan lewat karya-karyanya yang inspiratif. Berkarya sejak masa kecil, Faiz menarik perhatian pembaca. Melalui karya-karyanya, Faiz mengutarakan kegelisahan hatinya lewat bait-bait puisi yang mampu mengetuk hati para pembaca.

Siapa Mau Jadi Presiden? adalah karya puisinya yang selama ini ditulis berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap pelbagai masalah. Dari hubungannya dengan orangtua, sahabat, hingga persoalan negeri yang menyoroti kemiskinan, pengangguran, dan lainnya.

Lewat pusi pendek berjudul Siapa Mau Jadi Presiden?, Faiz dengan begitu gamblang menguraikan tentang tugas berat seorang pemimpin negeri. Menurutnya, menjadi presiden itu berarti melayani rakyatnya dengan segenap hati. Segala permasalahan yang dialami rakyat harus bisa diselesaikan oleh seorang presiden. Dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan, seorang presiden bisa menentukan nasib rakyatnya (halaman 21).

Tentang kasih sayang seorang ibu, diungkapkan Faiz dalam puisi berjudul Puisi Bunda. Seorang ibu adalah orang yang harus dihormati. Kasih sayang seorang ibu tak akan tergantikan oleh apa pun di dunia ini. Ibu yang baik adalah ibu yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan tak pernah lelah menasihati anak-anaknya saat dirundung sedih.

Masalah kemiskinan dan kesedihan diuraikan Faiz dalam puisi Pengungsi. Lewat puisi ini, Faiz menggambarkan apa yang dialami oleh para pengungsi. Menurut Faiz, para pengungsi kerap menikmati kesepian sekaligus kesedihan di antara tenda-tenda kumuh. Mereka, para pengungsi biasanya terpaksa mengungsi oleh pelbagai sebab seperti perang, korban bencana, kerusuhan, dan lainnya.

Kehadiran buku ini bisa menjadi pelajaran bagi para pembaca, khususnya bagaimana mengarifi hidup agar lebih bijaksana lewat bait-bait puisi yang ditulis dan diuraikan dengan sepenuh hati. Puisi-puisi yang akan membuat hati para pembaca terenyuh dan tergugah untuk melangkah dan menyongsong masa depan yang lebih cerah.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak