Jangan Menyiksa Binatang dalam Buku 'Bumble Si Kucing Pemberani'

Candra Kartiko | Sam Edy Yuswanto
Jangan Menyiksa Binatang dalam Buku 'Bumble Si Kucing Pemberani'
Buku "Bumble Si Kucing Pemberani" (Dok. Pribadi/ Sam Edy)

Binatang adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki hak sama dengan kita, yakni sama-sama berhak hidup di dunia ini. Oleh karenanya, kita harus berusaha memperlakukan binatang dengan baik, jangan sanpai menyakiti atau menyiksanya. Biarkan mereka hidup dengan tenang sebagaimana kita juga ingin hidup dengan damai dan bahagia.

Kecuali kalau binatang tersebut membahayakan nyawa kita, maka semisal alternatif terakhir adalah membunuhnya, maka hal tersebut diperkenankan. Misalnya, saat di jalan diserang oleh seekor binatang berbisa, maka kita boleh untuk membunuhnya. Namun jika binatang tersebut tidak menggangu kita, maka kita harus berupaya untuk tidak mengusik apalagi sampai membunuhnya. 

Menyiksa binatang termasuk ke dalam bentuk kejahatan yang harus kita hindari. Ada kisah menyedihkan yang saya temukan dalam bukuBumble Si Kucing Pemberani” karya Sam Hay (2011). Dalam buku tersebut ada 10 kisah tentang kucing-kucing hebat dan luar biasa yang mengharukan dan menyentuh hati. 

Salah satu kisah yang layak kita simak berjudul Bumble. Berkisah tentang seekor anak kucing yang baru berumur sepuluh minggu tapi sengaja dibuang oleh seorang lelaki yang tak menyukai kucing. Bahkan ia membuangnya dengan cara kasar. 

Semua bermula anak perempuan lelaki tersebut pulang ke rumah membawa seekor kucing yang kemudian dinamai Bumble. Sayangnya, sang ayah tak menyukai kucing dan tak memperkenankan putrinya memiaranya. Akhirnya, sang ayah membawa kucing itu dengan mobil, lalu dibawa pergi dan dibuang di tepi jalan. Berikut ini saya kutip paragraf kisahnya:

Bumble merasa pening setelah dilempar ke luar. Beberapa kali ada mobil-mobil yang lewat dan nyaris menabraknya sewaktu ia terhuyung-huyung menyeberang jalan. Ada suara-suara lain juga. Suara-suara yang menakutkan. Burung hantu yang sedang berburu. Rubah-rubah. Tikus-tikus besar yang terbirit-birit begitu didekati. Namun, tidak ada yang tinggal. Tidak ada yang berlama-lama. Sekarang cuacanya sangat buruk. Hujan turun deras dan kucing kecil itu basah kuyup, badannya menggigil dan terasa dingin sampai ke tulang.

Menyedihkan sekali nasib Bumble. Selain kehujanan, ia juga jatuh ke dalam selokan dan badannya terkena lumpur. Sebenarnya ada seorang pria di tepi jalan yang sempat mendengar suara Bumble mengeong, tapi karena badannya bermandikan lumpur, pria yang sedang menunggu bus lewat itu tak bisa menemukannya. Akhirnya, ia terpaksa meninggalkan kucing yang entah berada di mana itu. Ia terpaksa meninggalkannya karena bus yang ditunggu keburu datang.

Namun, meski tak bisa menolong kucing itu secara langsung, setiba di rumah ia berusaha menghubungi pasangan suami istri Len dan Frances lewat telepon. Selama ini mereka berdua dikenal sebagai sukarelawan yang begitu tulus memungut dan memiara kucing-kucing jalanan atau yang ditelantarkan oleh orang-orang yang jahat. Kepada Len dan Frances, ia mengabarkan apa yang barusan dilihatnya, sekaligus memberitahukan lokasi di mana ia mendengar suara kucing bernasib malang itu. 

Kisah Bumble, anak kucing yang malang dalam buku ini layak dibaca sebagai bahan renungan bagi kita semua: agar jangan sampai kita berbuat semena-mena terhadap binatang.

***

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak