Ulasan Buku Tawa Berbalut Hikmah, Gaya Dakwah Abah Hasyim Muzadi

Hernawan | Sam Edy Yuswanto
Ulasan Buku Tawa Berbalut Hikmah, Gaya Dakwah Abah Hasyim Muzadi
Buku "Tawa Berbalut Hikmah, Gaya Dakwah Abah Hasyim Muzadi” (Dokumen pribadi/ Sam Edy)

Humor diperlukan dalam hidup ini, sebagai sarana yang menghibur. Mendengar atau membaca kisah-kisah yang dibumbui dengan humor segar, apalagi bila menyelipkan pesan moral, tentu mengasyikkan dan dapat menyegarkan pikiran.

Buku berjudul “Tawa Berbalut Hikmah, Gaya Dakwah Abah Hasyim Muzadi” ini misalnya, layak dijadikan bacaan menghibur dan sarat renungan berharga. Buku ini ditulis oleh Dr. Rosidin, M.Pd.I, yang pernah menjadi santrinya almarhum Abah Hasyim, panggilan akrab KH. Ahmad Hasyim Muzadi.

Buku ini dikemas simpel dan tipis seperti buku saku. Ukurannya 12 kali 18 sentimeter, dengan ketebalan vi+55 halaman dan diterbitkan oleh Khalista Surabaya (2017). Buku ini berisi kumpulan dari berbagai humor dan hikmah Abah Hasyim yang bertebaran di dunia maya, serta memori pribadi yang diperoleh penulis buku ini selama menjadi santrinya Abah Hasyim sejak 2004 hingga 2017. Lalu, penulis mencoba mengikat menjadi kesatuan tema yang relatif utuh, sehingga menjadi “karangan bunga” belasungkawa yang dapat dimanfaatkan secara luas.

Salah satu humor segar dan satire yang pernah disampaikan oleh almarhum Abah Hasyim misalnya saat beliau ceramah di istana negara yang dihadiri oleh Presiden Jokowi dan para menteri. Berikut humor yang beliau sampaikan:

“Saya kadang-kadang berpikir, ini negara non-muslim, barang yang hilang, kok ketemu semua. Sementara di negara yang mayoritas Islam, barang yang ada, hilang semua,”

Humor tersebut membuat semua yang hadir tertawa, termasuk Presiden Jokowi. Humor tersebut sesuai fakta, karena dilandasi oleh pengalaman beliau yang sudah malang-melintang ke berbagai negara di dunia. Di antara negara yang dijadikan contoh oleh beliau terkait humor di atas adalah Taiwan.

Alkisah, Abah Hasyim berkunjung ke Taiwan bersama teman beliau. Suatu saat, teman beliau naik taksi. Sopir taksi minta identitasnya sebagai antisipasi atas hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah turun dari taksi, dia melupakan barang-barangnya yang masih tertinggal di bagasi taksi. Lalu dia melaporkan kejadian itu kepada Abah Hasyim sembari bersedih hati.

Abah Hasyim berkata, “Tenang saja, sebentar lagi juga akan kembali”. Ternyata benar. Beberapa waktu kemudian, sopir taksi kembali untuk mengembalikan barang-barang milik teman beliau. Ketika teman Abah Hasyim memberi tips atau hadiah kepada sopir taksi, si sopirmenolaknya karena semua biaya terkait pengembalian barang sudah ditanggung oleh negara.

Dari sini Abah Hasyim berkata bahwa kendati Taiwan adalah negara komunis, namun sangat menjunjung tinggi nilai kejujuran. Sebaliknya, Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim justru banyak terjadi kasus korupsi di tingkat elit hingga pencurian sandal di tingkat bawah. Oleh sebab itu, Abah Hasyim sampai pada simpulan bahwa apabila suatu negara menerapkan satu saja ajaran Islam, semisal kejujuran, niscaya negara tersebut akan dipenuhi rahmat. Inilah makna Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (halaman 4-6).

Humor-humor segar lainnya yang pernah dilontarkan oleh almarhum Abah Hasyim bisa disimak lebih lanjut dalam buku yang layak dijadikan sebagai bacaan menghibur sekaligus bermanfaat ini.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak