Buku Melepaskan Belenggu: Menulis Cerpen dalam Sekali Duduk ala Rumadi

Hernawan | Rozi Rista Aga Zidna
Buku Melepaskan Belenggu: Menulis Cerpen dalam Sekali Duduk ala Rumadi
Buku Melepaskan Belenggu (Dok. Pribadi/Fathorrozi)

Rumadi seorang penulis produktif asal Ciputat kelahiran tahun 1990. Penulis yang saat ini dipercaya menjadi penjaga gawang cerpen di madrasahdigital.co ini, dikenal sebagai penulis unik lantaran kegesitannya dalam menggarap cerita. Bayangkan, untuk menulis cerita pendek yang tidak terbilang begitu pendek hanya diselesaikan dalam sekali duduk.

Hasil cerita garapannya pun tidak kaleng-kaleng meski ditulis dalam durasi yang cepat. Maka, tidak heran jika penulis yang aktif di FLP Ciputat dan komunitas Prosatujuh ini, karyanya telah tersebar ke berbagai media besar, seperti kompas.id, Republika, Minggu Pagi, Kedaulatan Rakyat, Harian Merapi, Solopos, Mercusuar, Tanjung Pinang Pos, detik.com, basabasi.co, ceritanet.com, cendananews.com, dan lain sebagainya.

Atas prestasi Rumadi tersebut, hingga sang guru, Kurnia Effendi, menyebutnya sebagai pengarang kopassus dan siap pakai, sebab perkembangannya saat mengikuti kelas cerpen cukup pesat. Baru sepekan berada di kelas cerpen, beberapa tulisan Rumadi telah dimuat di media massa, juga masuk dalam jaring dewan juri sayembara menulis yang ia ikuti.

Di dalam buku perdananya ini, Melepaskan BelengguRumadi menulis sembilan belas judul cerpen yang keseluruhan isinya sangatlah memukau, menarik dan tampil memesona. Saya suka cerpen-cerpen karya Rumadi ini, sebab ia buka cerita-ceritanya dengan satset satset, langsung kepada konflik dan alur yang mengalir.

Seperti pembuka kisah dalam cerpen pertama yang berjudul Cinta Tak Harus Memiliki Bukan? Rumadi langsung ke titik perkara. Demikian kutipannya:

Ia datang lagi. Kali ini ia membawa kunci. Ia Memperlihatkannya dengan senyum semringah, seperti telah memenangkan sesuatu. Kulihat kunci itu. Kunci yang bagus sekali, berkilat-kilat diterpa sinar lampu. Ia memainkan kunci itu di jemarinya. Memutar-mutarnya, seolah mengiming-imingiku untuk segera meraihnya. Namun, aku tidak tertarik. Aku hanya sedikit tersenyum simpul (halaman 1).

Ya, begitulah. Sesimpel itu Rumadi memulai kisahnya. Langsung ke inti masalah dan dikemas dengan bahasa sederhana. Tidak bertele-tele dan tidak tinggi. Contoh lain, seperti cerpen kedua dalam buku ini yang bertajuk Dengan Cara Apa Kau Harus Membayar Utang? Lagi-lagi, Rumadi bukan tipe penulis yang suka berbasi-basi dengan pembukaan kisah yang membosankan. Berikut petikannya:

Kau menghitung langkah orang terakhir yang datang di pemakamanmu. Kau menoleh ke kanan dan ke kiri, sepertinya belum ada tanda-tanda dua Malaikat penanya di alam kubur akan datang. Tepat saat pelayat terakhir di makammu menjejakkan langkah ke enam puluh lima, kau memutuskan untuk masuk kembali ke jasadmu (halaman 11).

Maka, saya tidak merasa aneh jika buku terbitan Jagat Litera ini, pada November 2021 lalu menjadi nominasi dalam Anugerah Pena FLP 2021 kategori Kumpulan Cerpen Terpuji. Selamat, Mas Rumadi. Selamat, Penerbit Jagat Litera.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak