Tahu buku serial Chicken Soup for The Soul? Pernah dengar, mungkin? Atau justru pernah baca? Buku international best seller yang disusun Jack Canfiel dan Mark Victor Hansen ini telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, diterbitkan Gramedia Pustaka Utama. Sama seperti edisi aslinya, versi terjemahannya pun laris di pasaran.
Buku tersebut berisi kisah-kisah sejati dari orang 'biasa', tapi perangainya luar biasa dalam mengguratkan makna menggugah bagi batin dan memperkaya jiwa.
Semua cerita yang dipaparkan di dalamnya, demikian menyentuh dan sarat hikmah. Membaca dan meresapi muatan isinya, seakan-akan membuat kita (kembali) kepada hakikat kemanusiaan.
Adalah kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri tatkala dua penulis andal, Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia, berusaha mengumpulkan kisah sejati dari manusia 'biasa' yang menyentuh, sarat hikmah, dan dibalut nuansa islami.
Kisah-kisah dalam buku berketebalan x + 134 halaman ini, dikumpulkan Helvy dan Asma selama kurun satu tahun. Keduanya mewawancarai banyak pihak yang mempunyai kisah menarik dan menyentuh untuk dituliskan.
Tentu saja, dalam hal ini, kita sama-sama tahu, kisah atau cerita adalah media dakwah yang efektif, sama seperti Al Quran yang isinya mayoritas kisah sejati orang atau kaum terdahulu agar kita yang berada di zaman berbeda dapat berkaca dan menangguk manfaat daripadanya.
Buku ini dibagi dalam enam bab, tentang cinta dan pengorbanan, makna dan pengajaran, sudut pandang, perhatian dan persahabatan, sikap, sakit dan kematian.
Misalnya, tulisan berjudul Kasih dari Sang Pengasih, berdasarkan cerita Maria Arifin mengenai sosok ayahnya, Leo Arifin, laki-laki Tionghoa, kaya raya, dan begitu dermawan. Ia demikian mudah berbagi (apapun, dalam kondisi bagaimana pun) bahkan meski dengan menjual aset pribadi seperti kendaraan berat.
Alasannya, "Papa ingin berbuat baik. Papa berharap dan berdoa semoga di mana pun anak-anak Papa nanti berada, orang akan memperlakukan kalian seperti Papa memperlakukan mereka." (halaman 113).
Leo yang berdomisili di Sumatra, suatu ketika pindah domisili ke Bandung. Ketika ia meninggal lantaran komplikasi lever, diabetes, jantung, dan hendak dikebumikan, sang istri menanyakan keberadaan pastor. Namun beberapa tetangga buru-buru mendekat, mengabarkan kalau Leo sudah jadi mualaf sejak enam bulan silam.
Keluarga tidak percaya. Ketika kamar Leo dibuka, ditemukanlah ayat-ayat Al Quran di bawah bantal.
Maria meyakini akhir yang baik bagi ayahnya itu terjadi lantaran hanya kebaikanlah yang semata-mata ditanam Leo Arifin semasa hidupnya.