Perang antara Ukraina dan Russia di tahun 2022 telah memasuki babak baru dalam penggunaan alutsista tak berawak atau UAV. Sejak awal perang yang mulai meletus pada Februari 2022 penggunaan drone atau kendaraan takn berawak makin gencar dilakukan bahkan hingga konflik telah memasuki bulan ke-11 ini. Penggunaan drone baik untuk pengintaian maupun penyerangan pada awalnya lebih sering dipergunakan oleh pihak militer Ukraina. Akan tetapi, kini pihak militer Russia juga mulai sering menggunakan drone sebagai senjata di medan pertempuran.
Salah satu tipe drone yang seringkali digunakan oleh pihak militer Russia adalah jenis drone kamikaze atau yang secara internasional memiliki nama loitering munition. Drone kamikaze yang dipergunakan Russia dalam beberapa bulan ke belakang tersebut memiliki beragam jenis, salah satunya adalah drone kamikaze yang dikenal dengan nama Zala Lancet.
1. Drone Kamikaze Buatan Dalam Negeri
Fenomena penggunaan drone kamikaze yang kian populer dalam beberapa tahun ini mungkin menjadi penyebab banyaknya negara dengan kemampuan memproduksi peralatan militer yang cukup besar turut mengembangkan sistem persenjataan tersebut, salah satunya yakni Russia. Pihak Russia memperkenalkan drone berjenis loitering munition atau yang dikenal dengan nama drone kamikaze Zala Lancet.
Drone tersebut merupakan drone buatan pabrikan ZALA Aero Group yang merupakan anak perusahaan dari perusahaan persenjataan terkemuka dari Russia, yakni Kalashnikov Concern. Perusahaan Zala Aero memang sejak lama lebih memfokuskan untuk pengembangan sistem persenjataan tanpa awak (UAV). Beberapa produknya yang cukup terkenal antara lain adalah Zala 421-06, Zala 421-08, Zala 421-16E5G, KUB-LA dan tentunya produk unggulan mereka, yakni Zala Lancet.
BACA JUGA: Buntut Foto Editan, Sekelas Princess Syahrini Gunakan Kartu Kredit Silver?
2. Pengembangan Dari Drone Intai
Dilansir dari military-today.com, drone kamikaze Zala Lancet sejatinya merupakan pengembangan lebih lanjut dari drone intai pabrikan Zala Aero yang bernama KUB-LA. Drone Zala Lancet sendiri mulai diperkenalkan ke hadapan publik pada pameran militer di tahun 2019 sekaligus mulai diuji pada medan tempur di konflik Suriah pada tahun yang sama.
Drone ini tergolong drone kamikaze berukuran kecil karena hanya memiliki bobot total seberat 12 kg dengan hulu ledak maksimal yang bisa dibawa sebesar 3 kg. Mesin pendorong drone ini menggunakan propeller penggerak baterai elektrik yang mampu membuat drone ini terbang dengan kecepatan 100-300 km/jam. Jarak jangkauan drone ini hanya sekitar 40 km dengan ketinggian maksimal 5.000 meter. Tercatat ada dua varian dari drone tersebut, pertama Lancet-1 yang memiliki hulu ledak 3 kg dan Lancet-3 yang berukuran lebih besar dengan hulu ledak seberat 5 kg. Drone ini juga dilengkapi dengan kamera penargetan jarak jauh untuk mengintai target.
BACA JUGA: Ibu Reino Barack Mulai Jengah, Syahrini Tak Diajak Kumpul Keluarga Lagi?
3. Menjadi Momok Pasukan Ukraina
Meskipun telah mulai beroperasi sejak tahun 2019, akan tetapi penggunaan drone Zala Lancet menjadi buah bibir di medan konflik Ukraina sejak beberapa bulan yang lalu. Drone ini sukses menghancurkan atau merusak banyak alutsista andalan Ukraina, baik yang merupakan produksi sendiri maupun bantuan dari negara lain. Dilansir dari situs indomiliter.com, drone ini sukses menyerang beragam target di darat seperti sistem radar, kendaraan militer ringan, artileri howitzer semacam M109 dan M777, serta sistem persenjataan anti-udara S-300. Bahkan, drone ini tercatat pernah menyerang kapal patroli milik Ukraina yakni Gyurza-M Class gunboat.
Meskipun tergolong drone kamikaze dengan ukuran kecil dengan hulu ledak yang tidak terlalu berat. Akan tetapi, drone ini tergolong susah terdeteksi oleh sistem radar pelacakan dikarenakan ukurannya yang cukup kecil. Hal inilah yang menjadi keunggulan drone ini meskipun memiliki daya ledak yang tidak terlalu besar.
Video yang mungkin kamu lewatkan.