Pada dekade 1960-an, angkatan udara Indonesia atau yang saat itu dikenal dengan nama AURI tumbuh menjadi salah satu kekuatan udara yang cukup disegani di dunia. Bahkan, beberapa pengamat mengatakan bahwa kekuatan militer Indonesia saat itu merupakan yang terbesar di belahan bumi Selatan. Hal ini dikarenakan kekuatan Indonesia terutama di matra udara memang diperkuat oleh deretan pesawat tempur unggulan di masanya.
Pesawat tempur yang dimiliki oleh AURI kala itu didominasi oleh buatan negara blok timur, khususnya Uni Soviet. Pada saat itu, Indonesia mengoperasikan beragam jet tempur dari keluarga Mikoyan yang memang menjadi salah satu pabrikan jet tempur blok timur yang cukup terkemuka. Salah satu pesawat tempur yang cukup dominan dioperasikan oleh AURI kala itu salah satunya adalah MiG-17. Seperti apakah pesawat tersebut? Mari kita simak ulasan ringkasnya berikut ini.
1. Dibeli Menjelang Kampanye Operasi Trikora
Kedatangan jet tempur buatan pabrikan Mikoyan tersebut di Indonesia tidak terlepas dari kampanye operasi Trikora yang digalakkan oleh Soekarno pada awal dekade 1960-an. Dilansir dari Indomiliter.com, MiG-17 atau yang memiliki kode NATO sebagai “Fresco” ini memang didatangkan bersamaan beberapa pesawat tempur dari blok timur seperti MiG-15, MiG-19, dan MiG-21. Deretan pesawat tempur tersebut kemudian memperkuat kekuatan udara Indonesia sejak awal dekade 1960-an.
Dilansir dari wikipedia.com, saat itu varian MiG-17 yang dimiliki oleh AURI adalah MiG-17PF/F sebanyak 70 unit. Akan tetapi, 40 unitnya merupakan lisensi buatan Polandia yang dikenal dengan nama LIM-5P dan sebanyak 30 unit merupakan lisensi buatan Cekoslovakia yakni S-104. Saat itu pesawat MiG-17 merupakan jet tempur paling dominan di tubuh AURI dan ditempatkan di Skuadron udara 11.
2. Jet Tempur Lincah Di masanya
Secara desain, memang jet tempur ini dianggap cukup ketinggalan zaman dibandingkan dengan jet tempur buatan barat yang dikembangkan di akhir dekade 1950-an. Jet tempur MiG-17 sejatinya merupakan pengembangan dari MiG-15 yang digunakan saat dekade 1950-an. Hal inilah yang membuat jet tempur ini sangat mirip dengan MiG-15. Akan tetapi, jet tempur ini justru memiliki keunggulan manuver yang cukup lincah dikarenakan bentuk badan pesawat yang cukup aerodinamis.
BACA JUGA: Hotman Paris Turun Tangan, Siap Bantu Norma Risma Laporkan Balik Rozy Zay Hakiki
Jet tempur ini ditenagai oleh mesin Klimok VK-1F turbojet yang mampu membuat pesawat tempur ini terbang dengan kecepatan maksimal sekitar 1.145 km/jam dan memiliki daya jelajah sekitar 1.000-2.000 km tergantung konfigurasi muatannya. Jet tempur ini dipersenjatai oleh 2 pasang meriam otomatis 23 mm dan sebuah meriam otomatis 37mm. Dilansir dari wikipedia.com, pesawat ini juga dilengkapi dengan 2 hardpoint yang mampu membawa beragam muatan seperti pod roket atau bom dengan muatan maksimal 500 kg.
3. Pernah Menembaki Istana Negara
Meskipun sejatinya akan digunakan untuk mendukung Operasi Trikora di Irian Barat, akan tetapi justru pesawat MiG-17 yang dioperasikan oleh AURI terkenal karena peristiwa penembakan Istana Negara di tahun 1960. Dilansir dari situs historia.id, peristiwa tersebut diawali ketika pilot AURI yakni Daniel Alexander Maukar terbang menggunakan MiG-17 pada 9 Maret 1960 akan melakukan misi Latihan terbang. Namun, ternyata Daniel Maukar saat itu justru mengabaikan misinya dan menuju ke istana negara.
Sebelumnya, Daniel telah menuju ke depot minya di Tanjung Priok dan sukses meledakkan depot minyak tersebut. Sukses dengan target pertama, kemudian dia terbang menuju ke Istana negara dan menembaki lokasi tersebut. Disinyalir target dari Daniel Maukar saat itu adalah Soekarno. Setelah melakukan misi tersebut, Daniel kemudian mendarat darurat di Jawa Barat dan kemudian ditangkap pada hari yang sama.
Banyak speskulasi mengenai aksi nekat dan gila yang dilakukan oleh Daniel Maukar. Mulai dari ada sangkut pautnya dengan Permesta hingga adanya konflik personal antara dirinya dengan Soekarno. Peristiwa tersebut sempat menghebohkan jajaran militer di Indonesia dan menyebabkan Daniel Maukar dijatuhi hukuman mati karena tindakannya tersebut. Namun, dia kemudian mendapatkan amnesti dari Soekarano dan baru pada tahun 1968 beliau dibebaskan dari penjara.
Sementara itu, nasib dari deretan jet tempur MiG-17 yang memperkuat AURI juga tidak jauh berbeda dengan alutsista blok timur lainnya yang harus rela pensiun pada akhir dekade 60-an akibat susahnya perawatan pasca konflik 65 dan manuver politik pada masa orde baru. Beberapa jet tempur MiG-17 tersebut banyak yang dirubah menjadi monument dan koleksi di museum. Ada pula yang kemudian dibesituakan dan dikirim ke negara lain.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS