Pada masa pascapengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda di tahun 1949, pemerintah Belanda setuju untuk ikut membantu membangun kekuatan militer Indonesia seperti yang tertuang dalam perjanjian KMB (Konferensi Meja Bundar) yang disetujui pada akhir tahun 1949. Di tahun 1950, beberapa alutsista bekas pakai KNIL (Koninklijke Nederlandsche Indische Leger) dihibahkan ke pihak militer Indonesia sebagai bentuk bantuan pembangunan militer.
Di masa ini pula Indonesia menerima beragam pesawat tempur dan pesawat bantu militer dari ML-KNIL (Militaire Lutchvaart-KNIL) yang uniknya dahulu dipergunakan untuk menggempur para pejuang kemerdekaan Indonesia oleh pihak Belanda. Beberapa pesawat tersebut mulai dari P-51 Mustang, pesawat bomber B-25 Mitchell, pesawat latih Piper Cub dan beragam pesawat militer lainnya. Salah satu pesawat yang juga turut dihibahkan oleh Belanda ke pihak Indonesia adalah AT-16 Harvard.
1. Pesawat Turunan dari T-6 Texan
Melansir dari situs wikipedia.com, pesawat AT-16 Harvard sejatinya adalah turunan atau varian lain dari pesawat North-American T-6 Texan buatan Amerika Serikat. Apabila T-6 Texan diproduksi oleh pabrikan North-American, maka AT-16 Harvard diproduksi oleh pabrikan Noorduyn di Kanada. Diproduksinya jenis AT-16 tersebut guna memenuhi program lend-lease yang dilakukan oleh Amerika Serikat semasa perang dunia ke-2. Total ada sekitar 1.800 unit varian AT-16 yang diproduksi dan digunakan dalam program lend-lease oleh Amerika Serikat kepada para sekutunya saat perang dunia ke-2.
Pesawat ini digunakan oleh Belanda saat ikut bertempur dalam perang dunia ke-2, akan tetapi pesawat ini baru dipergunakan oleh pihak militer di Hindia-Belanda pada saat berakhirnya perang dunia ke-2 dan Belanda saat itu sedang melancarkan agresi militer I dan II di bekas wilayah jajahannya. Pesawat AT-16 Harvard menjadi salah satu kekuatan udara dari KNIL saat masa revolusi.
2. Pesawat Latih yang Dapat Melakukan Misi Serang Darat Ringan
Semasa digunakan oleh pihak KNIL, pesawat ini dipergunakan untuk melatih para calon pilot pesawat tempur yang nantinya akan menggunakan pesawat tempur yang lebih tangguh seperti P-40 Warhawk dan P-51 Mustang. ML-KNIL saat itu diperkuat sekitar 25-70 unit pesawat AT-16 Harvard dan digunakan untuk membantu menumpas gerakan gerilya para pejuang Indonesia.
Pesawat yang sejatinya merupakan pesawat latih tersebut diawaki oleh 2 orang penumpang, yakni pilot atau siswa pelatihan dan seorang co-pilot atau instruktur penerbangan. Pesawat ini ditenagai oleh sebuah mesin Pratt & Whitney R-1340-AN-1 Wasp radial engine yang mampu membuat pesawat ini terbang dengan kecepatan sekitar 335 km/jam dan memiliki jarak jelajah sekitar 1.170 km. Melansir dari artikel yang ditulis oleh Jos Heyman yang berjudul “Indonesia Aviation 1945-1950”, pesawat ini masuk menjadi pesawat divisi pelatihan KNIL sekaligus bertugas sebagai pesawat pengintai karena dilengkapi 3 pucuk senapan mesin kaliber 7.62 mm.
3. Digunakan Untuk Menumpas Gerakan Pemberontakan oleh AURI
Selepas dihibahkan ke pihak Indonesia, pesawat AT-16 Harvard juga dipergunakan sebagai pesawat latih lanjut untuk para calon pilot AURI. Namun, pada masa pergolakan daerah di dekade 1950-an. Pesawat ini mendapatkan peran baru yakni sebagai pesawat pengintai dan pesawat serang darat. Melansir dari situs aviahistoria.com, AT-16 milik AURI pernah digunakan untuk menumpas gerakan PRRI di Sumatera dan Permesta di Sulawesi. Selain itu, pesawat ini juga turut menjadi pesawat penggempur basis pertahanan DI/TII di Jawa Barat.
Peran AT-16 Harvard mulai sedikit menurun pada dekade akhir 1960-an dan mulai dipensiunkan secara bertahap pada dekade 1970-an. Total Indonesia saat itu sempat memiliki puluhan unit AT-16 Harvard yang didapatkan dari hibah pemerintah Belanda dan beberapa unit dibeli dari surplus di Amerika Serikat untuk kepentingan komponen suku cadang. Kini, beberapa unit pesawat AT-16 Harvard milik AURI/TNI-AU menjadi koleksi di beberapa museum di Indonesia.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS