Apakah kamu memiliki sosok guru atau dosen yang selalu dikenang hingga saat ini? Melalui buku yang berjudul Selasa Bersama Morrie karya Mitch Albom ini, pembaca akan diajak menyimak kisah tentang seorang guru dan murid yang sarat akan makna.
Identitas Buku
Memiliki judul versi bahasa Indonesia Selasa Bersama Morrie, buku ini ditulis oleh Mitch Albom dengan total 209 halaman. Diterbitkan oleh ramedia Pustaka Utama dan bisa dibaca melalui aplikasi Gramedia Digital. Buku ini diangkat dari kisah nyata dan pengalaman penulis sendiri bersama sang dosen yang ia panggil Coach.
Ulasan Buku
"Belajarlah dari lambat dan perlahannya proses kematianku. Perhatikan apa pun yang terjadi padaku. Belajarlah bersamaku." –Morrie Schwartz.
Sebuah memoar yang ditulis oleh mahasiswa tentang dosennya. Tidak hanya dosen mata kuliah tertentu, tetapi dosen yang juga mengajarkan makna hidup.
Selasa Bersama Morrie adalah buku self improvement, mengajak pembaca untuk ikut menyaksikan kisah seorang dosen yang terkena penyakit ALS. Seorang dosen yang suka berdansa, berbincang, harus menghadapi kenyataan penyakit itu merenggut fisiknya secara perlahan.
Mulai dari selasa pertama hingga selasa keempat belas, perbincangan antara Mitch sang mahasiswa dan Morrie sang dosen kehidupan membawa banyak tema, mulai dari kematian, perkawinan, maaf, kata perpisahan.
Heartwarming sekaligus getir. Aku sangat kagum dengan sosok Morrie. Di sisa hidupnya yang ibarat di ujung tanduk, ia lebih memilih untuk memanfaatkan momen dengan baik. Bukannya mengeluh, bersedih, murung karena tidak bisa bergerak (bahkan buang air saja harus dibantu), ia justru menggagas proyek terkahir bersama Mitch, yang mereka sebut sebagai tesis terakhir.
Proyek terahkir itu terwujud dalam bentuk buku ini. Selasa Bersama Morrie. Berisi 14 pembahasan tentang makna hidup. Tentang cara pandang baru dalam memaknai mati. Morrie menegaskan bahwa kematian memang mengakhiri hidup, tetapi tidak mengakhiri hubungan.
Morrie mengingatkan bahwa kita hidup seperti separuh sadar, mengerjakan satu hal sembari pikiran fokus pada hal lain yang harus dilakukan selanjutnya. Terlalu mengejar uang, hingga tidak bisa menikmati momen.
Buku ini harus dibaca, karena ada banyak sudut pandang baru dalam memaknai hidup dari sisi orang yang justru sedang menunggu ajal.