Mungkin banyak orang yang menganggap bahwa jihad hanyalah berkaitan dengan hal-hal berbau peperangan. Karenanya, tak heran kalau ada sebagian orang yang merasa tabu, risih, bahkan merasa ngeri sehingga tak mau diajak untuk membahas persoalan jihad.
Padahal, yang namanya jihad itu maknanya sangat luas dan tidak melulu bicara tentang peperangan. Dalam buku “Ajaran Nabi tentang Jihad Kedamaian” dijelaskan bahwa segala bentuk aktivitas yang mengusung niat untuk mengembangkan agama Allah dan upaya untuk mewujudkan ketakwaan kepada-Nya memiliki derajat jihad.
BACA JUGA: Awas! 34 Aplikasi Palsu Berbahaya di Google Play Store Ini Mengancam Data Pribadi
Jihad bukan hanya dalam bentuk mau berperang ke medan laga melawan musuh Allah. Memang benar hal ini adalah wujud jihad. Namun, makna jihad tidaklah sesempit itu. Jihad sebagai bentuk pengorbanan jiwa dan raga untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini bisa diterjemahkan dalam beragam aktivitas positif lainnya (hlm. 31).
Salah satu bentuk aktivitas yang masuk dalam kategori ibadah sekaligus jihad yang mulia adalah berbakti kepada kedua orangtua kita. Dalam buku ini dijelaskan sebuah hadits riwayat al-Bukhari:
“Datanglah seseorang kepada Rasululullah Saw. dan meminta izin untuk berjihad. Beliau bertanya, “Apakah kedua orangtuamu masih hidup?” Dia menjawab, “Ya”. Beliau bersabda, “Kepada mereka berdualah engkau berjihad”.
Bentuk jihad lainnya yang dibahas dalam buku terbitan Pustaka Pesantren ini adalah mengkritik penguasa zalim. Kita tentu sepakat bila seorang pemimpin (presiden misalnya) haruslah sosok yang bijaksana dan selalu memihak kepada kepentingan rakyatnya. Seorang pemimpin juga tidak boleh menetapkan peraturan yang membuat rakyatnya bukannya makmur tetapi malah semakin menderita.
Makanya, menjadi seorang pemimpin itu tidak mudah alias sangat berat, tapi anehnya banyak orang yang ingin menjadi pemimpin. Pemimpin yang tidak amanah dan tidak adil memang harus dikritik. Tentu dengan cara-cara yang baik.
Dalam sebuah hadits riwayat at-Tirmidzi dijelaskan: Dari Abu Said al-Khudri, Rasulullah Saw. bersabda, “Jihad yang paling utama adalah mengucapkan kalimat kebenaran di hadapan penguasa yang lalim” (hlm. 28).
Alaik S. menjelaskan, kezaliman adalah salah satu bentuk keangkaramurkaan. Apalagi bila pelaku kezaliman adalah seorang penguasa. Dengan kekuasaannya yang nyaris tanpa batas, seorang penguasa bisa bertindak semena-mena dan menindas siapa saja demi kepentingan diri sendiri. Karena dalam tindak kezaliman sejenis ini terdapat perampasan hak asasi manusia. Padahal hak asasi manusia dijunjung tinggi dalam Islam. Sehubungan dengan itu, melalui hadits di atas, Rasulullah Saw. menyeru kita untuk berjihad dengan berjuang melawan segala bentuk kezaliman dan penindasan kepada orang lain.
Bentuk jihad lainnya yang dibahas dalam buku ini antara lain mencari ilmu sebagai jihad, haji adalah jihad bagi orang-orang yang lemah, dan lain sebagainya. Buku yang disusun oleh Alaik S. ini bagus dijadikan bacaan yang mencerahkan untuk para pembaca di mana pun berada.