Karya sastra dari penulis Jepang memang selalu menawarkan pengalaman membaca yang unik. Penulis dengan nama pena Natsume Soseki dengan karyanya yang berjudul ‘Botchan’ ini termasuk salah satunya.
Identitas Buku
Judul Buku: Botchan
Penulis: Natsume Soseki
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa: Indah Santi Pratidina
Jumlah Halaman: 224 Halaman
Cetakan Kesebelas, Juni 2022
BACA JUGA: Ulasan Buku "Inilah Dahlan Itulah Dahlan", Sosok Inspiratif yang Antikorupsi
Sinopsis Cerita
Seperti cerita ‘The Adventures of Huckleberry Finn’, Botchan mengisahkan pemberontakan seorang guru muda terhadap ‘sistem’ di sebuah sekolah desa. Sifat Botchan yang selalu terus terang dan tidak mau berpura-pura serin membuat ia mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.
Cerita yang dituturkan secara humoris ini sangat populer di kalangan tua dan muda di Jepang, dan barangkali merupakan novel klasik yang paling banyak dibaca di Jepang modern.
(Gramedia.com)
Ulasan Buku
Botchan merupakan istilah yang merujuk pada panggilan sopan untuk anak laki-laki, terutama ketika mereka masih kanak-kanak, dari keluarga terpandang. Sapaan ini serupa dengan ‘tuan muda’, tetapi dengan nuansa kedekatan dan kasih sayang di dalamnya.
Buku ini bercerita tentang tuan muda yang dipanggil Botchan oleh pengasuhnya. Ia merupakan seorang anak yang terkenal cukup nakal dan senang melakukan sesuatu yang membuat orang marah.
Ketika dewasa, Botchan memutuskan untuk menjadi seorang guru di sebuah sekolah di desa yang cukup terpencil dan jauh dari Tokyo. Di sekolah itu, ia harus menghadapi berbagai murid sekolah yang bandel. Tidak hanya para murid, ia juga harus menghadapi para guru dengan karakter yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Sekolah itu juga menerapkan sistem yang menurut Botchan cukup ‘aneh’. Beberapa kali ia dibuat kesal dengan kelakuan para murid, salah satunya adalah ketika ia kebagian tugas jaga malam dan harus menginap di sekolah, futon atau kasur lipat yang ia gunakan untuk tidur ternyata diisi dengan belalang oleh para murid.
Botchan sendiri merupakan sosok yang senang berbicara jujur, gemar memberi julukan kepada orang lain sesuka hati, serta senang memberontak. Ia tidak tahan dengan sistem di sekolah yang menurutkan tidak masuk akal dan tidak adil.
Berbagai kejadian unik dan lucu dialami oleh Botchan selama ia menjadi guru di sekolah tersebut. Mulai dari pemilik penginapan tempat ia tinggal yang sering ‘memaksa’ dirinya untuk membeli barang-barang antik darinya, hingga rekan kerja sesama guru yang membuatnya kesal.
Gaya penceritaan dalam novel ini sangat mengalir, diambil dari sudut pandang Botchan, sehingga pembaca bisa tahu apa yang dipikirkan dan dirasakan Botchan terhadap tokoh-tokoh lainnya.
Novel ini memang tidak mengangkat topik atau isu yang berat, justru lebih kepada kehidupan sehari-hari. Namun, hal ini lah yang menjadi daya tariknya. Dibalut dengan penceritaan yang humoris, pesan tentang dunia pendidikan yang penuh tantangan dapat tersampaikan dengan baik kepada para pembaca.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS