Ngeri, Ini yang Terjadi jika Kamu ke Luar Angkasa Tanpa Baju Astronot

Hernawan | Ary Yulianto
Ngeri, Ini yang Terjadi jika Kamu ke Luar Angkasa Tanpa Baju Astronot
ilustrasi pakaian astronaut (Pixabay.com/PIRO4D)

Tidak sedikit jika seorang anak kecil ditanya cita-citanya saat sudah besar nanti menjawab akan menjadi astronot. Ya, mungkin salah satunya adalah kalian. Memang bagi sebagian orang memandang pekerjaan sebagai seorang astronot adalah pekerjaan impian karena bisa melihat angkasa luar yang banyak orang tidak bisa lakukan.

Berbicara soal astronot tidak terlepas dari baju astronot. Baju yang ikonik bagi seorang astronot. Bukan sebagai seragam, namun baju astronot digunakan sebagai perlindungan bagi astronot saat berada di luar angkasa.

Bepergian di luar angkasa membawa serangkaian tantangan dan lingkungan yang tidak bersahabat, jadi sangat penting untuk menciptakan kembali kondisi di Bumi. Lalu, bagaimana jika seorang astronot berada di luar angkasa tanpa pakaian astronot? Berikut ini penjelasannya seperti dilansir oleh laman Livescience.

1. Fungsi Pakaian astronot

ilustrasi astronaut di luar angkasa (Pixabay.com/NASA-Imagery)
ilustrasi astronaut di luar angkasa (Pixabay.com/NASA-Imagery)

Kondisi di luar angkasa dengan kondisi di Bumi jelas jauh berbeda. Pada dasarnya, tanpa alat bantu, manusia tidak dapat hidup di luar angkasa. Oleh karena itu, diciptakan pakaian astronot untuk membantu astronot pada saat berada di luar angkasa.

Dengan pakaian astronot memungkinkan astronot untuk menjelajah di luar pesawat ruang angkasa dalam waktu singkat. Pakaian astronot dirancang untuk bisa menyediakan udara, air, tekanan, dan perlindungan fisik dari ancaman suhu ekstrim dan radiasi, serta mikrometeroid.

2. Berapa Lama astronot Dapat Bertahan?

ilustrasi jam pasir (Pixabay.com/stevepb)
ilustrasi jam pasir (Pixabay.com/stevepb)

Pastinya, jika ada pertanyaan berapa lama seseorang bisa bertahan hidup di luar angkasa tanpa pakaian astronot? Maka jawaban singkatnya adalah tidak terlalu lama. Stefaan de Mey, seorang pejabat strategi senior di European Space Agency (ESA) mengatakan “Dalam waktu yang sangat singkat, dalam hitungan 10 hingga 15 detik, Anda akan menjadi tidak sadarkan diri karena kekurangan oksigen”, ketika menjelaskan perihal berapa lama manusia dapat bertahan hidup di luar angkasa tanpa pakaian astronot. Jadi, kematian manusia di luar angkasa jika tidak menggunakan pakaian astronot adalah karena faktor oksigen.

3. Masalah tekanan

ilustrasi astronaut (Pixabay.com/WikiImages)
ilustrasi astronaut (Pixabay.com/WikiImages)

Tidak hanya oksigen, tekanan udara di luar angkasa juga menjadi masalah bagi manusia jika tidak menggunakan pakaian astronot. Berada di luar angkasa dengan kondisi tidak adanya tekanan udara, menjadi masalah bagi manusia.

Kita bandingkan kondisi perbedaan tekanan udara dengan seorang penyelam, jika seorang penyelam setelah melakukan penyelaman yang dalam lalu naik ke atas permukaan air secara tiba-tiba, maka akan terjadi dekompresi yang berakibat pada penyumbatan pada aliran darah dan pernapasan.

Kondisi di luar angkasa lebih ekstrim, dengan tidak adanya tekanan udara, bukan hanya dekompresi saja yang menjadi ancaman bagi manusia, namun titik didih cairan menjadi berkurang sangat drastis. Untuk diketahui, tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, yaitu sekitar 60%.

Maka, jika kita berada di luar angkasa tanpa pakaian astronot, maka menjadi hal yang serius karena lebih dari separuh bagian tubuh manusia akan mendidih. Selain itu, dengan tidak adanya tekanan udara di luar angkasa, maka air dalam tubuh manusia berubah menjadi gas, sehingga semua jaringan tubuh manusia yang mengandung cairan akan mengembang.

Seperti diilustrasikan pada sebuah film Hollywood, seseorang tanpa pakaian astronot di luar angkasa maka tubuhnya akan meledak, namun sebenarnya penggambaran tersebut adalah berlebihan.

4. Masalah matahari dan radiasi

ilustrasi radiasi matahari (Pixabay.com/WikiImages)
ilustrasi radiasi matahari (Pixabay.com/WikiImages)

Suhu di Bumi dipengaruhi oleh intensitas sinar matahari yang diterima permukaan Bumi, namun bagaimana dengan di luar angkasa? Ketika berada di luar angkasa, tepatnya di orbit rendah Bumi, seorang astonaut akan mengalami suhu ekstrem, yaitu mulai dari minus 120 hingga 150 derajat Celcius.

Lalu, apa yang terjadi pada seorang astronot jika dalam suhu ekstrem tersebut? Jika dalam kondisi suhu ekstrem di orbit rendah Bumi, seseorang bisa mengalami luka bakar dan pembekuan. Baju astronot dirancang untuk menjaga seorang astronot dari dampak yang ditimbulkan dari suhu ekstrem. Selain itu, baju ini juga menjaga astronot dari paparan radiasi elektromagnetik matahari yang dapat meningkatkan risiko kanker.

5. Masalah mikrometeorid

ilustrasi mikro meteorid (Pixabay.com/Willgard)
ilustrasi mikro meteorid (Pixabay.com/Willgard)

Di luar angkasa banyak terdapat mikrometeroid dan puing-puing ruang yang bergerak dengan kecepatan puluhan kilometer per detik dan sangat membahayakan seorang astronot. Namun, risiko tersebut bisa dikurangi dengan menggunakan pakaian astonaut, karena pakaian astronot dirancang untuk melindungi hantaman mikrometeorid.

Namun, pada faktanya fungsi ini tidak terlalu signifikan, karena jika seseorang berada di luar angkasa tanpa pakaian astronot, maka sebelum mereka tertabrak mikrometeroid, mereka sudah terlebih dahulu mati karena faktor oksigen dan tekanan udara.

Dari penjelasan di atas tentang apa yang terjadi jika kita berada di luar angkasa tanpa menggunakan pakaian astronot. Sudah dapat kita simpulkan bahwa manusia tidak dapat berada di luar angkasa tanpa menggunakan pakaian astronot.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak