Merenungi Hakikat Kebahagiaan Lewat Buku 'Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati'

Ayu Nabila | Sam Edy
Merenungi Hakikat Kebahagiaan Lewat Buku 'Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati'
Gambar buku 'Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati' (DocPribadi/ Sam Edy)

Sejatinya, setiap manusia terlahir untuk hidup bahagia. Kebahagiaan ini tentunya akan bisa kita peroleh ketika kita selalu berupaya tunduk dengan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. 

Salah satu tanda hidup yang kita jalani bisa membahagiakan ketika kita mampu mengisi waktu-waktu kita untuk melakukan beragam kegiatan positif. Tak sekadar melakukan ibadah wajib seperti shalat lima waktu saja, tetapi juga ibadah-ibadah lain yang sifatnya sunah, seperti bersedekah dan sebagainya.

Dalam bukuHidup Sekali, Berarti, Lalu Mati’ (Transform Our Life, Help Others, Stay Positive) dijelaskan bahwa hidup adalah kompetisi. Ada yang sukses, ada yang gagal. Ada yang naik, ada yang turun. Ada yang mulia, ada yang hina. Kitab suci pun mewasiatkan ‘fastabiqul khairaat’; berlombalah dalam kebaikan. 

Saat kita di jalan, di lain tempat, orang lain sedang berlari cepat menuju impiannya masing-masing. Segera bangunlah dari tidur panjang. Mumpung jantung masih berdetak, isilah dengan aktivitas produktif. Hidup sekali, berarti, lalu mati (hlm. 6).

Bergeraklah, gapai impian kita setinggi mungkin. Ketika di tengah perjalanan kita mengalami kegagalan, jangan lantas merasa terpuruk, menyerah begitu saja, apalagi sampai mengeluh sepanjang waktu. 

Perihal keluhan, mungkin banyak di antara kita yang hobinya mengeluh setiap hari. Padahal, bila direnungi, ada begitu banyak hal yang mestinya disyukuri daripada hanya mengumbar keluhan. Orang yang hobinya mengeluh pertanda kurang rasa syukurnya kepada Allah.

Orang yang hebat dan sukses, biasanya bukanlah orang yang hobi mengeluh, apalagi merasa galau berkepanjangan. Mereka adalah orang-orang yang berusaha bangkit setiap kali mengalami keterpurukan dalam hidupnya. Mereka menjadikan setiap persoalan sebagai pelajaran yang akan membuatnya menjadi lebih baik lagi.

Mengeluh sebenarnya hal yang wajar dan manusiawi. Saya yakin setiap orang pernah mengeluh. Namun bukan berarti hal tersebut menjadi kebiasaan apalagi sampai menjadikannya sosok yang pesimistis menghadapi hidup. 

Setiap orang memang tak pernah terlepas dari yang namanya persoalan. Hal terpenting yang harus diingat, carilah orang-orang yang tepat untuk mencurahkan permasalahan kita. Carilah orang yang mampu membuat kita terhibur dan termotivasi agar kembali bangkit dan bersemangat menjalani hidup.

Curhatlah, berbagilah, curahkan masalahmu, tapi kepada orang yang tepat. Orang yang benar-benar bisa menjaga rahasiamu. Orang yang engkau percaya bisa meringankan masalahmu. Bukan kepada ratusan atau ribuan yang bahkan lebih banyak tak kau kenal (hlm. 76).

Tema-tema artikel yang dibahas dalam buku karya Ahmad Rifa’i Rif’an (Elex Media Komputindo) ini masih banyak dan beragam. Di antaranya tentang toleransi, menyikapi perbedaan, menjadi pribadi yang penuh cinta, menyadari hakikat dunia, mendamba kematian yang indah, dan sebagainya. Selamat membaca!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak