Hidup Tanpa Penyesalan dari Buku Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan

Hayuning Ratri Hapsari | Akramunnisa Amir
Hidup Tanpa Penyesalan dari Buku Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan
Sampul buku Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan (Gramedia Digital)

Salah satu hal yang membuat saya memaksakan diri untuk memiliki kebiasaan baca buku adalah agar bisa memaknai hidup dengan lebih banyak perspektif baru.  

Di tengah keterbatasan usia dan kemampuan untuk menjalani banyak versi kehidupan, membaca adalah jalan pintas untuk melakukannya. Bayangkan ketika kita bisa menyerap banyak pelajaran hidup dari orang-orang yang sudah punya banyak pengalaman.

Betapa kayanya kita jika bisa mewarisi kebijaksanaan yang mereka dapatkan puluhan tahun hanya dengan beberapa jam membaca karya-karya mereka. 

Salah satu pengalaman berharga yang saya dapatkan terkait hal tersebut adalah ketika membaca buku berjudul 'Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan' karya Teruko Kobayashi.  

Kobayashi adalah seorang wanita tua yang sudah hidup lebih dari 80 tahun. Meskipun sudah sepuh, ia sangat produktif. Terbukti dengan ia yang sangat mencintai pekerjaannya sebagai konsultan kecantikan. 

Di usia yang kebanyakan orang menganggapnya sebagai masa pensiun, Kobayashi justru tidak memadamkan semangatnya untuk berkarya. Ia tetap aktif mengajar dan mengisi seminar terkait bidang yang ia geluti, hingga membuat buku demi misi mewariskan pengalaman dan akal budi.

Karena menurut Kobayashi, mewariskan pengalaman dan akal budi adalah tugas dari orang-orang yang terlahir lebih dulu. 

Sehubungan dengan hal tersebut, ia menuliskan beberapa refleksi diri yang berkesan selama ia menjalani kehidupannya sampai di usia 80 tahun. Tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh kita lakukan dalam hidup ini agar kita tidak menyesal suatu hari nanti. 

Di antara yang berkesan bagi saya adalah nasihat agar tidak membatasi diri di usia berapa pun kita saat ini. Dulu saya menganggap bahwa usia 20 hingga 30 tahun adalah usia emas untuk berkarya dan mengejar karier yang kita inginkan. Sampai di usia 40 tahun, seharusnya kita sudah berada dalam fase hidup yang memuaskan.  

Namun apa jadinya jika kita kurang beruntung karena tidak bisa mencapai cita-cita tersebut di usia produktif? Nyatanya, saya beberapa kali menyaksikan para lansia yang menua tanpa semangat hidup karena di usia muda mereka menganggap diri mereka telah gagal.  

Tentu kita tidak ingin berakhir seperti itu. Kalau menurut Kobayashi, hal tersebut bisa diantisipasi dengan punya semacam growth mindset di sepanjang hidup yang kita jalani. Entah ketika masih muda, maupun ketika sudah tua nanti. 

Oleh karena itu, milikilah tujuan hidup walau sesederhana apa pun. Entah itu karier yang diinginkan atau pekerjaan impian. Tidak ada kata terlambat untuk memulai. Jangan menyerah dengan ujian. Tapi tidak juga terlalu memaksakan diri hingga kita tidak bisa menikmati hidup yang cuma sementara ini.

Jika memang mengejar pekerjaan yang diidam-idamkan bukan lagi prioritas utama, setidaknya kita punya hobi yang membuat kita selalu bersemangat dalam menjalaninya. Make sure, kamu punya aktivitas bermakna yang bisa terus kamu kerjakan jika diberi usia yang panjang!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak