Film The Curious Case of Benjamin Button tayang pada 6 Februari 2009 di seluruh bioskop Indonesia—biasanya ada perbedaan jadwal tayang internasional dari negara asal. David Fincher selaku sutradara cukup percaya diri dengan menghadirkan kisah yang unik dan mendalam tentang kehidupan, cinta, dan konsep waktu yang nggak biasa. David Fincher berhasil menangkap perhatian penonton dengan konsep penuaan mundur yang menarik.
Film The Curious Case of Benjamin Button mengisahkan tentang Benjamin Button (diperankan oleh Brad Pitt), pria yang lahir dengan kondisi langka di mana dia ‘menua mundur’. Begini, saat bayi, Benjamin memiliki fisik yang menyerupai fisik manula. Selama hidupnya, dia mengalami perjalanan yang unik karena tubuhnya semakin muda seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia. Semakin bertambah umur, malah semakin memuda.
Benjamin tumbuh di New Orleans dan mengalami berbagai macam hubungan, termasuk romansa dengan Daisy (diperankan oleh Cate Blanchett). Meskipun keduanya memiliki perbedaan dalam proses penuaan, toh, mereka menghadapi tantangan dan kebahagiaan bersama.
Ulasan:
Dalam "The Curious Case of Benjamin Button", konsep utamanya adalah penuaan mundur atau waktu terbalik. Benjamin Button, seiring berjalannya waktu, alih-alih menua seperti halnya manusia pada umumnya, dia malah memuda secara fisik.
Dari peristiwa itu, filmnya mengeksplorasi dampak unik atas kondisi itu pada kehidupan Benjamin dan hubungannya dengan lingkungan sekitarnya. Termasuk bagaimana dia berinteraksi dengan orang-orang yang menua sementara dia sendiri memuda.
Pengalaman hidup Benjamin menjadi pusat perhatian cerita, membawa diriku melalui perjalanan panjang yang diwarnai dengan keajaiban dan penderitaan. Aku benar-benar terharu dan puas dengan ending-nya. Konsep waktu terbalik memberikan dimensi baru pada narasi, memicu refleksi tentang nilai waktu, makna hidup, dan bagaimana cara kita menjalani setiap fase dalam perjalanan kehidupan.
Ya. Aku rasa film ini nggak hanya menjadi kisah fiksi ilmiah yang menarik, tetapi juga menyuguhkan refleksi filosofis tentang keunikan waktu dan pengaruhnya terhadap pengalaman manusia. Melalui karakter Benjamin Button, aku dibuat mempertanyakan makna sejati dari penuaan, kehidupan, dan bagaimana kita memahami perjalanan waktu dalam konteks eksistensi manusia.
Dari sisi teknis, aspek sinematografi film layak dipuji. Fincher berhasil menciptakan atmosfer visual yang memukau, memadukan nuansa yang sesekali gelap dan penuh emosi dengan kejernihan gambar yang menawan. Pilihan warna dan komposisi ‘frame’ membantu menyampaikan suasana hati yang sesuai dengan perubahan-perubahan dramatis dalam kehidupan Benjamin Button.
Film ini juga memperkuat inti cerita dengan dialog-dialog yang kuat dan mendalam. Percakapan antara karakter-karakter utama nggak hanya menyampaikan alur cerita, tetapi juga menggali psikologi dan emosi yang kompleks. Aku dibuat terkejut dengan plotnya yang berjalan lambat tapi menusuk tepat ke hati, ketika nasib-nasib karakternya punya akhir yang sebagaimana mestinya dibuat semanusiawi mungkin.
"The Curious Case of Benjamin Button" bagiku nggak cuma film dengan plot yang inovatif, tetapi juga mengajak penonton untuk menggali makna di balik ceritanya. Dengan penyampaian yang mendalam, film ini menginspirasi untuk merenung tentang kehidupan dan arti sejati dari waktu. Sebagai film yang penuh dengan kecerdasan emosional dan visual, film ini menjadi sinema terbaik pada masanya hingga sekarang. Skor dariku: 9,5/10.
Kamu penasaran dengan filmnya? Cobalah ditonton meski sekali seumur hidup!