Film Dua Hati Biru akan rilis 17 April 2024, sebagai sekuel dari "Dua Garis Biru" yang dulu tayang pada 11 Juli 2019. Oleh karena rentang waktu kelanjutan kisahnya dibuat cukup lama, itu berarti kamu wajib nonton ulang untuk menyegarkan ingatan tentang filmnya supaya nggak kesulitan mengikuti kelanjutannya.
Film ini diproduksi oleh Starvision dan Wahana Kreator, disutradarai oleh Gina S. Noer, yang sekaligus menjadi penulis skripnya.
Filmnya dibintangi oleh Angga Yunanda sebagai Bima, Adhisty Zara sebagai Dara, Lulu Tobing sebagai Rika (ibunya Dara), Cut Mini sebagai Yuni (ibunya Bima), dan bintang-bintang lainnya.
"Dua Garis Biru" mengisahkan tentang Dara dan Bima, sepasang remaja satu sekolah, yang menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka yang tidak terduga.
Setelah melakukan hubungan seksual, Dara hamil dan keduanya harus menghadapi berbagai dilema, termasuk tekanan dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Review Film Dua Garis Biru
"Dua Garis Biru" mengangkat tema besar tentang kehamilan remaja. Film ini menggambarkan realitas kompleks dan sering kali sulit dihadapi oleh remaja yang menghadapi situasi kehamilan di usia muda.
Dengan memfokuskan pada karakter utama, Dara, film ini menjelajahi tekanan emosional dan sosial yang dialami oleh remaja yang mendapati diri mereka hamil.
Melalui narasi yang kuat, "Dua Garis Biru" menghadirkan dilema etika, pertentangan nilai-nilai keluarga, dan stigma masyarakat terhadap kehamilan remaja di luar nikah.
Film ini juga menggambarkan transformasi karakter Dara, dari seorang remaja yang awalnya mungkin merasa terjebak dalam situasinya, hingga menemukan kekuatan untuk menghadapi tantangan yang dihadapinya.
Selain itu, film ini menyentuh aspek-aspek penting seperti dukungan sosial, tanggung jawab, dan penentuan arah hidup bagi remaja.
Melalui penceritaannya, "Dua Garis Biru" memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang kompleksitas kehamilan remaja, sambil memberikan pesan penting tentang pentingnya empati dan dukungan bagi mereka yang mengalami situasi serupa.
Tema Film Dua Garis Biru memang sangat sensitif. Kehamilan di luar nikah dalam konteks budaya Timur, terutama di Indonesia, masih dianggap tabu dan bertentangan dengan norma-norma.
Namun, lagi-lagi, sutradara yang sekaligus menulis skrip filmnya, dengan cermat menyajikan dilema etika, tekanan keluarga, dan stigmatisasi sosial yang sering kali terjadi dalam masyarakat berbasis nilai-nilai konservatif.
Meskipun menggambarkan realitas sosial yang sulit, "Dua Garis Biru" juga memberikan kesempatan untuk refleksi dan pemahaman lebih dalam terhadap individu yang mengalami situasi tersebut.
Dari segi teknis, Film Dua Garis Biru melibatkan beberapa aspek yang memberikan nilai tambah pada film ini. Penyutradaraan Gina S. Noer memberikan penggambaran yang realistis dan tajam.
Kemudian, akting para pemain utama memberikan performa yang kuat, ditambah dengan sinematografi dan tata artistiknya yang berhasil menghadirkan nuansa sesuai dengan konteks cerita.
Terlepas narasinya terbilang klise, tapi pengolahan skripnya yang menarik, bikin film ini enak ditonton. Dengan segala hal yang telah diuraikan, skor dariku: 9/10. Selamat menonton ulang, ya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS