Pelajaran tentang Empati dan Komunikasi dalam Pernikahan di Novel 'Penaka'

Sekar Anindyah Lamase | Akramunnisa Amir
Pelajaran tentang Empati dan Komunikasi dalam Pernikahan di Novel 'Penaka'
Sampul Novel Penaka (Goodreads)

Kemampuan untuk saling berkomunikasi dan memahami satu sama lain adalah suatu hal yang mampu melanggengkan pernikahan. Paling tidak, pelajaran itulah yang saya dapatkan dari novel berjudul 'Penaka' karya Altami N.D.

Sebagaimana yang dialami oleh Sofia dan Laksana, sepasang suami-istri yang terlibat konflik rumah tangga yang berujung pada rencana perceraian.

Sofia adalah ibu rumah tangga yang merasa sangat lelah dengan rutinitas di rumah. Sementara itu, ia menganggap Laksana terlalu cuek dan seolah tidak ingin terlibat dalam pengasuhan anak maupun pekerjaan domestik yang dipikul sendirian oleh Sofia.

Di lain sisi, Laksana juga sebenarnya amat penat dengan beban kerja di kantornya. Ia mesti mengurus banyak hal. Lalu setelah pulang ke rumah, ia juga kadang pusing mendengar omelan dan keluhan Sofia.

Hal itulah yang membuatnya mengalihkan pikiran dengan bermain game online. Suatu kebiasaan yang amat dibenci oleh Sofia.

Dengan kondisi rumah tangganya yang seperti itu, Sofia kerap membandingkan dirinya dengan kondisi rumah tangga teman-temannya yang terlihat menyenangkan di media sosial.

Mereka semua terlihat bahagia dengan pasangan, meng-upload foto liburan, atau sekedar berbelanja barang-barang branded.

Lalu suatu ketika, kejadian aneh menimpa mereka berdua. Sofia dan Laksana berubah wujud menjadi botol minum, kucing, anjing, anak kecil, dan hal-hal absurd lainnya.

Saat mereka berada dalam kondisi tersebut, baik Sofia dan Laksana pun bisa menyaksikan sudut pandang pasangannya masing-masing yang membuat mereka akhirnya batal bercerai.

Secara umum, saya sangat terkesan dengan novel ini. Konflik yang diangkat oleh penulis adalah sebuah masalah umum yang kerap terjadi dalam pernikahan.

Yang membuatnya sedikit anti-mainstream adalah cara penulis mengemas cerita dengan bumbu fantasi yang unik.

Dari segi penokohan, karakter Sofia dan Laksana di sini terasa sangat realistis. Sofia adalah tipikal ibu-ibu muda yang banyak dijumpai di dunia nyata. Begitupun Laksana yang merupakan tipe karakter suami yang seringkali dikeluhkan oleh banyak perempuan.

Di sini, penulis tidak menunjukkan keberpihakan pada salah satu tokoh. Dan saya pikir, hal itu membuat pembaca bisa memandang secara objektif bahwa masing-masing karakter dalam novel ini punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Jadi kita tidak bisa asal memberi penghakiman bahwa istri yang benar, dan suami yang salah. Begitupun sebaliknya.

Solusinya memang butuh introspeksi diri masing-masing. Jika seandainya kita berada dalam kondisi rumah tangga yang mirip dengan apa yang terjadi dalam kisah Sofia dan Laksana, memperbaiki komunikasi dan kemampuan berempati pada pasangan adalah hal yang penting untuk merekatkan hubungan.

Demikianlah ulasan singkat mengenai novel Penaka. Bagi kamu yang saat ini belum ataupun sudah menikah, saya sangat merekomendasikan novel ini sebagai bacaan yang mampu memberi gambaran realitis tentang kehidupan pernikahan!

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak