“Anak itu bernama Lembu. Orang-orang mengenalnya sebagai Semar Lembu. Tubuhnya kokoh, wajahnya sendu. Anak itu pembebas ibunya. Menanggung kutukan kerincing yang dibawanya sejak lahir. Hidupnya akan sangat berwarna, tapi menderita.” (halaman 291)
Kereta Semar Lembu karya Zaky Yamani, bagaikan lokomotif uap yang membawa pembacanya pada perjalanan epik melintasi ruang dan waktu.
Novel ini mengisahkan kehidupan Semar Lembu, seorang pria yang terikat erat dengan kereta api sejak kecil. Dikutuk untuk tidak pernah meninggalkan rel kereta, Lembu menjelajahi berbagai penjuru Jawa, menjadi saksi bisu pergolakan sejarah bangsa, dan menemukan makna hidup di atas gerbong besi.
Menggeluti buku ini akan membawa Anda mengingat kembali takdir yang mengikat manusia. Ketika di sisi lain, manusia berusaha semaksimal mungkin menggeser takdir hidupnya yang tak lebih baik dari seekor semut, mereka sejenak lupa bahwa usaha mereka juga bagian dari takdir yang sesungguhnya tidak mengubah apa-apa, selain membuat manusia merasa bahagia.
Semar Lembu sebagai tokoh utama dalam buku ini, menunjukkan bagaimana ia harus menghadapi takdir yang tidak bisa disebut sempurna dan menjadi idaman semua manusia. Tetapi dengan kisahnya, ia mengajak manusia untuk berjuang dan bertahan sampai akhir, bahkan ketika segalanya terlihat semakin sulit dan mustahil.
Semar Lembu, si tokoh utama, memiliki takdir yang unik bersama sebuah kerincingan perak kecil yang dibawanya sejak lahir, yang menjadikannya tumbuh dengan tubuh setengah dari usianya. Ia adalah anak yang lahir dari rahim pelacur dan seorang buruh cangkul pada pembangunan rel kereta di Kedungjati.
Hidupnya ditakdirkan untuk tidak jauh-jauh dari rel kereta api, bahkan kakinya menolak ketika hendak dibawa pergi dari area stasiun kereta api.
Lembu melewati kehidupannya yang penuh dengan drama dan peristiwa didampingi oleh keterlibatan Punakawan yang menjaganya bergiliran sampai akhir hayatnya.
Di bab pertama, Lembu ditampilkan sebagai arwah penasaran yang sudah puluhan tahun luntang-lantung di dunia yang tidak jelas. Ia digambarkan sebagai lelaki tua dengan topi dan paku di dahinya yang menjadikannya mirip lembu, memiliki tanduk.
Ia bersama teman-teman hantunya, merayakan penjemputan Lembu ke dunia kematian sesungguhnya. Kemeriahan di hutan itu dipuncaki oleh pengisahan hidup Lembu, mulai dari peristiwa kelahirannya sampai bagaimana ia mati.
Ia hidup di dunia yang kejam. Sejak kecil terbiasa menyaksikan perkelahian, pembunuhan, pemerkosaan, kekejaman perang, dan kehidupan kelas rendah lainnya. Ia memiliki lebih dari 200 anak yang mungkin tidak dikenalinya, bahkan sampai ia mati.
Lembu dianugerahi kemampuan melihat hantu sejak ia kecil, termasuk melihat para punakawan yang mendampinginya selama hidup ketika ia meniup kerincingan perak yang dikalungkannya.
Ia juga terlibat dalam perang era Jepang dan Belanda, bertemu dengan tokoh-tokoh sejarah, seperti Semaoen, Buyung, Soekarno, dan lainnya.
Novel yang memenangkan posisi pertama Sayembara Novel DKJ 2021 ini akhirnya meruntutkan peristiwa demi peristiwa, dibungkus oleh konsep surealis dan kolaborasi mitos-mitos masyarakat plural, melibatkan kisah dewa-dewi, juga gejolak perjuangan kemerdekaan Indonesia sejak tahun 1864 sampai 1965.
Lembu melibatkan diri dalam setiap peristiwa yang sedikit demi sedikit mengiris hidupnya. Meskipun begitu, ia tahu bahwa takdir berat yang dijalaninya adalah suatu keajaiban. Lembu juga tahu bahwa hidupnya memiliki tujuan, walau melalui aneka rintangan.
Novel Kereta Semar Lembu yang mengambil latar di sekitar Jawa tahun 1980-an ini hanya diperbolehkan dinikmati orang dewasa karena pembahasannya cukup vulgar.
Meskipun demikian, pengisahan detail cerita, kondisi, dan pelibatan identitas keindonesiaan tampil sangat kental dalam novel ini. Dalam cerita ini, beberapa tokoh sejarah mendapatkan posisi sekilas, tetapi cukup mewakili keterlibatan mereka dalam tiap segmen kisah.
Kereta Semar Lembu bukan hanya novel sejarah biasa. Di balik kisah perjalanan Lembu, terdapat eksplorasi mendalam tentang berbagai tema universal, seperti cinta, kehilangan, identitas, dan pencarian makna hidup.
Novel ini juga menjadi sebuah perenungan tentang makna kehidupan, kematian, karma, bagaimana pentingnya menerima masa lalu, dan mencari kedamaian batin. Yamani menghadirkan karakter-karakter yang kompleks dan relatable, membuat pembaca mudah terhanyut dalam kisah mereka.
Lembu, dengan segala kerendahan hatinya, menerima apa pun yang menerpa hidupnya. Menjadikan semuanya sebagai salah satu pikulan yang mengesankan. Meski keabadian nyaris mengekalkannya dalam dunia yang kejam, ia tetap bertarung dengan takdir bahkan setelah ia mati.
Anda mungkin tidak akan bisa berpaling dari buku ini karena takdir telah mengatur Anda untuk menemukannya. Sama seperti Lembu yang tak bisa memilih bagaimana ia akan lahir, kita juga perlu menerima takdir yang telah digariskan dari awal sampai akhir.
Jika Anda mencari sebuah novel yang mampu menggabungkan elemen sejarah, mitos, dan kisah mistis dengan begitu indah, maka Kereta Semar Lembu adalah jawabannya.
Novel ini mengingatkan kita pada karya-karya klasik seperti Train to Busan, tetapi dengan sentuhan lokal yang kental. Zaky Yamani berhasil menciptakan sebuah karya yang tak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS