"Mama hanya bermaksud membantumu, Jenn. Kehidupan itu panjang, dan terkadang terasa sulit. Apalagi kalau kamu tidak menghabiskannya dengan orang yang tepat.” (Hal. 201)
Siapa yang bisa membantah kebenaran dari ucapan seorang ibu yang telah mengalami asam garam kehidupan? Seperti itu pulalah yang dilakukan Jenna, tokoh kita dalam novel Heart Decor karya dari Mala Shantii.
Jenna tak sanggup menolak keinginan sang ibu yang ingin menjodohkannya dengan Dokter Gary, anak dari Dokter April, sahabat ibunya. Jenna memahami kekhawatiran sang ibu karena di usianya yang nyaris 27 tahun, Jenna belum memiliki kekasih.
Namun, hidup dalam lingkungan keluarga yang mayoritas berprofesi sebagai dokter, membuat Jenna tak ingin bersuamikan dokter. Ia tak ingin menjalani hidup seperti ibunya, yang tak pernah menjadi prioritas utama bagi sang ayah, yang mengabdikan hidupnya untuk rumah sakit.
Jenna justru tertarik pada kliennya, Ferdi, lelaki menyebalkan dan kerap mempersulit pekerjaannya sebagai desainer interior yang merenovasi apartemen Ferdi.
Lantas haruskah Jenna menyudahi perasaannya untuk Ferdi, setelah ia mengetahui lelaki itu telah memiliki kekasih? Bagaimana pula dengan Dokter Gary yang ingin mengubah status pertemanan mereka?
“Jenn, sebagai orang desain, kerjaan kita memang mengatur, menempatkan, memasangkan segala hal seperti keinginan kita. Namun, perasaan itu bukan sesuatu yang bisa kita dekorasi sekehendak hati.” (Hal. 193)
Membaca novel terbitan Grasindo (2018) ini saya harus memuji penggunaan beberapa istilah kedokteran di sana-sini, yang menunjukkan penulis telah melakukan riset dengan cukup detail.
Penulis sepertinya juga melakukan riset tentang pekerjaan desainer interior, yang membuat di setiap bab yang menyoal hal tersebut tergarap dengan rapi dan mendetail.
Sayangnya, pembahasan tentang konfliknya sendiri sangat kurang. Interaksi yang terjalin antara Jenna-Ferdi hanya terjadi di sela-sela pekerjaan, sehingga chemistry antara keduanya kurang dapat, ditambah alurnya yang cukup lambat.
Porsi lebih banyak justru tentang Jenna dan pekerjaannya. Begitupun interaksi yang lebih kuat justru antara Jenna dan sahabatnya, Tantri. Kisah percintaan Tantri juga lebih menarik dan konyol untuk disimak.
Satu hal lagi, interaksi antara Jenna dan Reno, adiknya, juga lucu banget sampai bikin gemeesss. Saya jadi tahu siapa itu Sinon Loresca yang bikin Reno berani taruhan dengan sang kakak.
Karakter para tokoh utamanya juga kurang kuat. Padahal Ferdi yang tipe family man bersanding dengan Jenna yang haus prioritas, harusnya bisa dikembangkan lebih baik lagi.
Karakter Tantri justru lebih mencuri perhatian. Dia yang suka pakai istilah something something blossoming buat ngeledek Jenna, malah dia sendiri yang blossoming tiap lihat atasannya, Mas Chandra, yang dia taksir. Tapi, selalu gagu dan kaku jika ada kesempatan berdua saja.
Ada satu plot hole yang saya temukan di novel ini, yaitu ketika di sebuah mall Tantri kasih kode ke Jenna kalau ada Pak Ferdi jalan sama seseorang (Hal. 53). Padahal Tantri belum pernah lihat wajahnya Ferdi, cuma sempat bikin appointment untuk survey lewat telepon (Hal. 25).
Meskipun ada beberapa kekurangan dalam novel Heart Decor, tapi novel ini tetap menarik karena gaya bahasanya yang mengalir dan diksinya yang simpel. Juga detail seputar desain yang bikin novel ini terasa indah dan tentu saja ending yang memuaskan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.