'Asrama' adalah sebuah judul novela yang ditulis oleh Yoko Ogawa. Berbicara mengenai asrama, tema yang satu ini terbilang unik karena tempat ini identik dengan kehidupan akademik yang beririsan dengan kehidupan pribadi dengan berbagai cerita menarik.
Bagi tokoh utama perempuan yang ada dalam novela ini, ingatan tentang asrama membangkitkan nostalgianya tentang masa lalu kehidupan kuliahnya. Bermula saat ia membantu sepupunya untuk mencari tempat tinggal, perempuan tersebut dibawa dalam momen magis ketika mengenang bagaimana bangunan tersebut menjadi bagian yang sentimentil dari kehidupannya.
Apa yang dialami oleh sosok perempuan tersebut ketika kehidupannya dikaitkan dengan keberadaan asrama adalah bagaimana ia meresapi makna kesendirian dalam hidupnya. Meskipun identik dengan kehidupan berkomunitas di mana para mahasiswa biasanya berkumpul, kedatangannya mengunjungi asrama lama justru mendatangkan sensasi keterasingan yang begitu dalam.
Terlebih saat ia berkenalan dengan sosok Kanrinin (penjaga asrama) yang sangat merepresentasikan sosok manusia yang kesepian. Entah mengapa, ia merasa terhubung dengan sosok tersebut.
Setelah membaca keseluruhan novela yang hanya berjumlah 68 halaman ini, satu-satunya kesan yang saya dapatkan hanyalah perasaan kesepian yang begitu lekat pada tokoh utama perempuan dalam cerita ini.
Bahkan dalam salah satu dialognya bersama Kanrinin, saya amat tertarik dengan cara tokoh tersebut memaknai kesendirian.
"Yah, rasanya hidup sendirian itu seperti kehilangan sesuatu... Walau demikian, sendirian bukan berarti kau menderita. Dalam artian tertentu hal itu beda dengan kehilangan akan sesuatu. Kau masih punya dirimu sendiri, sekalipun bila kau kehilangan segalanya. Kau mesti yakin pada diri sendiri dan tak berputus asa hanya karena dirimu sendirian". (Halaman 22)
Selain pembahasan tentang kesendirian di atas, bagi saya novela ini masih menjadi teka-teki yang sulit dipahami. Ada begitu banyak hal simbolis yang diletakkan penulis dalam cerita. Seperti kedatangan lebah di bagian ending, hingga kepergian sepupu perempuan tersebut yang masih menjadi misteri.
Novela ini berakhir dengan open-ending yang sangat menggantung. Tidak ada pertanyaan yang terjawab. Bahkan suatu konflik yang hadir hanya menimbulkan sebuah pertanyaan yang baru.
Tapi terlepas dari banyaknya misteri yang tidak terungkap, novel ini tetap nyaman dibaca karena kualitas terjemahan yang terasa sangat mengalir. Meskipun mungkin di akhir cerita, pembaca seolah diajak main tebak-tebakan dengan penulis tentang makna simbolis dari sosok perempuan kesepian, Kanrinin, raibnya beberapa penghuni asrama, hingga kehadiran lebah-lebah aneh yang menyerang asrama.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS