Review Novel 'Love on the Second Read': Antara Cinta dan Kolaborasi Profesi

Sekar Anindyah Lamase | Sabit Dyuta
Review Novel 'Love on the Second Read': Antara Cinta dan Kolaborasi Profesi
Novel 'Love on the Second Read' (Gramedia)

Bagaimana jika dua individu dengan sudut pandang yang bertolak belakang dipaksa untuk bekerja sama? Apakah perbedaan selalu menjadi hambatan, atau justru dapat menciptakan sesuatu yang lebih besar dari yang dibayangkan?

Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi inti dari "Love on the Second Read", novel karya Mica De Leon yang mengeksplorasi hubungan antar manusia, khususnya dalam dunia profesional dan emosional.

Berlatar di industri penerbitan, novel ini mempertemukan Emma Morales, editor buku romansa yang penuh semangat, dengan Kip Alegre, editor fiksi ilmiah yang lebih logis dan terstruktur.

Ketika penerbit tempat mereka bekerja di ambang kehancuran, satu-satunya harapan mereka adalah sebuah naskah yang menggabungkan unsur romansa dan fiksi ilmiah.

Namun, untuk memastikan keberhasilannya, Emma dan Kip harus bekerja sama, meskipun preferensi dan gaya kerja mereka sangat berbeda.

Novel ini membahas bagaimana dua dunia yang tampaknya bertolak belakang sebenarnya bisa saling melengkapi. Emma, dengan caranya yang emosional dan ekspresif, bertemu dengan Kip yang lebih analitis dan skeptis.

Dalam proses kerja sama, keduanya tidak hanya menghadapi tantangan profesional, tetapi juga konflik internal yang menguji pandangan mereka tentang cinta, kompromi, dan pertumbuhan pribadi.

Kisah ini tidak sekadar berpusat pada hubungan romantis, tetapi juga pada pentingnya komunikasi dalam membangun pemahaman.

Tema besar yang diangkat dalam "Love on the Second Read" memiliki relevansi yang kuat dengan dinamika sosial saat ini. Dalam dunia yang semakin kompleks dan beragam, kolaborasi antara individu dengan latar belakang berbeda menjadi semakin penting.

Novel ini menggambarkan bagaimana komunikasi yang efektif dan keterbukaan terhadap perspektif lain dapat mengatasi kesalahpahaman serta menciptakan sesuatu yang lebih baik.

Hal ini mencerminkan tantangan yang dihadapi banyak orang di tempat kerja maupun dalam hubungan personal.

Di samping itu, buku ini juga menyoroti tantangan dalam industri penerbitan modern. Perubahan preferensi pembaca dan persaingan yang ketat membuat para profesional di bidang ini harus lebih fleksibel dalam menerima ide-ide baru.

Kisah Emma dan Kip sendiri menjadi cerminan dari bagaimana inovasi sering kali muncul dari kombinasi yang tidak terduga. Di era digital, industri kreatif harus mampu menjembatani berbagai genre dan audiens untuk tetap relevan.

Mica De Leon menuangkan kisah ini dalam "Love on the Second Read" dengan gaya penulisan yang mengalir dan dialog yang cerdas, menghadirkan pengalaman membaca yang menghibur sekaligus menggugah pemikiran.

Dinamika antara karakter utama terasa nyata dan menggambarkan bagaimana perbedaan tidak selalu menjadi penghalang, tetapi bisa menjadi kekuatan. 

Bukan sekadar kisah romansa biasa, novel ini juga turut menyajikan refleksi tentang bagaimana manusia bertumbuh melalui interaksi dengan orang-orang yang berbeda dari mereka.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak